I'm Asep Rudi Casmana: Yogyakarta Kota Transit

WILUJEUNG SUMPING DINA SERATAN KANG ASEP


Selasa, 08 Maret 2016

Yogyakarta Kota Transit

Episode 2

Exploring the world heritage spot, Candi Borobudur, Magelang, Jawa Barat.


Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah memiliki beberapa tempat-tempat yang dapat dijadikan sebagai sebuah lokasi pariwisata baik itu untuk menikmati keindahan alam ataupun untuk menelusuri sejarah yang sudah terjadi di masa lampau. Kalau dalam perapektif islam, segala sesuatu itu dimulai dengat niat, apapun yang kita lakukan di dunia ini harus memiliki tujuan, jangan sampai kita melakukan sesuatu tanpa adanya sebuah tujuan yang jelas, sehingga hidup kita sia-sia. Dan saat ini, saya sedang berada disebuah tempat yang merupakan salah satu warisan dunia serta telah disahkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa sebagai salah satu dari world heritage spot.


Pada saat tulisan ini dibuat, saya sedang duduk disebuah tempat yang tidak tersentuh oleh cahaya sinar matahari. Waktu menunjukan tepat pukul 12.15 dan banyak suara adzan berkumandang, terdengar dengan jelas hingga masuk ke telinga saya. Namun, karena ada sebuah tumbuhan yang sangat besar dengan diameter kira kira 200 cm dengan ratusan daun yang sangat hijau, pohon telah membuat cahaya sinar matahari itu sama sekali tidak menyentuh tubuh saya. Pohon ini dikelilingi oleh batu yang sangat besar dan berwarna hitam, sepertinya batu ini sangat teraawat sehingga saya dengan sangat nyaman bisa duduk manis sambil melihat keramaian orang masuk dan naik ke bangunan candi. Sambil ditemani oleh gawai saya yang usianya sudah puluhan bulan, serta angin sepoy-sepoy yang menusuk-nusuk ke tulang ini telah mendorong dan menggerakan jari-jari ini untuk menulis dan menggunggahnya ke Internet supaya dapat dikonsumsi oleh netizen. Selamat menikmati.

Sekali lagi saya katakan bahwa tujuan saya ke sebuah tempat warisan dunia ini adalah edu-trip, dimana selain menikmati keindahan dan kenyamanan alam yang merupakan warisan dunia ini, saya juga mencari sebuah tumpukan kertas yang berisi coret-coretan mengenai bagaimana proses pembuatan dan perawatan candi. Kalau dihitung-hitung, ini adalah yang ketigakalinya saya berkunjung ke tempat ini, namun saya belum tau ada peristiwa apa yang terjadi selama proses pembuatan bangunan bersejarah ini.

Baiklah, pada saat pertama kali kaki kanan saya menginjakan pintu gerbang utama masuk Candi Borobudur, setelah melewati tempat pembelian tiket, ada suatu hal yang membuat saya sangat kaget, kagum dan saya sangat senang dengan hal itu. Kalau saya tidak salah, dulu pas beberapa tahun lau ketika saya masih duduk di bangku SMA tidak ada peraturan ini. Entah kapan hal ini dibuat, nanti akan saya tanyakan ke petugasnya, tapi ini merupakan sebuah inovasi yang sangat bagus.

Jadi ketika seorang pengunjung ingin masuk ke area utama Candi Borobudur, untuk dapat naik ke puncak atasnya, para pelancong tidak diperbolehkan untuk menggunakan celana pendek apalagi pakai rok mini yang diatas lutut. Saya sih tidak tahu mengapa hal ini dilakukan, yang pasti ada sebuah suara yang sangat keras yang dikeluarkan oleh sound system yang mengatakan bahwa kita semua harus menghormati warisan budaya ini. Sehingga bagi pelancong yang menggunaka celana pendek atau rok mini, maka mereka harus menggunakan sarung batik yang disediakan oleh petugas.


Ternyata setelah saya tanyakan kepada petugas, peraturan ini baru dibuat pada tahun 2011. Sehingga bagi siapapun yang ingin masuk ke wilayah candi Borobidur, mereka harus mengenakan kain sarung batik yang dapat menutupi bagian tubuh bawahnya. Dengan diberlakukannya peraturan ini, artinya semua pelancong harus menghormati peraturan yang merupakan warisan budaya dunia ini. 


Setelah mengobservasi dan keliling Candi Borobudur, saya mulai berfikir bahwa bagaimana caranya orang-orang terdahulu dapat membangun sebuah bangunan yang sangat megah ini? Konon katanya, berdasarkan catatan bebatuan yang saya temui selama perjalanan, Candi Borobudur ini mulai dibangun pada abad ke 8, namun tepatnya tahun berapa saya tidak tau karena tidak ada keterangan lebih lanjut. Bisa dibayangkan bahwa orang-orang di Kerajaan Mataram sudah dapat membangun baguna yang sangat hebat ini.


Lokasi peminjaman kain batik

Kemudian, Candi ini sepertinya sudah mulai membusuk dan tidak terawat lagi karena setelah kurang lebih 10 abad kemudian tepatnya pada tahun 1812, Sir Thomas Stamford Rafles baru mulai menemukan kembali bangunan bersejarah ini dalam keadaan kotor dan berada pada semak belukar. Dia kemudian langsung merawat dan merekonstrusi bangunan ini hingga dapat digunakan kembali. Sedangkan pemerintah Indonesia sendiri baru mulai merawat dan memperbaiki candi ini selama satu dekade tepatnya pada tahun 1973 hingga 1983 yang pada waktu itu presiden Indonesia adalah Soeharto. Proses perbaikan ini juga dibantu oleh Perserikatan Bangsa Bangsa melalui UNESCO (United Nations Education and Culture Organisation). 

Setelah selesai melakukan observasi dan mengambil banyak gambar dari bangunan bersejarah itu, selanjutnya saya menuju ke sebuah lorong yang sangat panjang dan berkelok-kelok. Lorong ini adalah satu-satunya jalan yang dapat dilalui oleh semua pengunjung baik itu pengunjung lokal maupun internasional. Di dalam lorong itu, saya menemukan jutaan benda yamg sangat berharga yang merupakan produk asli Jawa Tengah. Ya, lorong ini merupakan pusat perbelanjaan dan pembelian oleh-oleh yang mampu meningkatkan perekonomian daerah tersebut. Melihat hal ini, saya jadi teringat salah satu bacaan yang ada di soal Reading IELTS di buku Cambridge, tapi lupa Cambridge berapa, bahwa salah satu manfaat dari lokasi pariwisata adalah dapat meningkatkan perekonomian daerah dimana masyarakatnya mampu meraih keuntungan dari hasil penjualan barang-barang lokal kepada pelancong. Dan ternyata hal itu benar, karena mayoritas penjual yang ada di lorong ini berasal dari warga sekitar Magelang.

Produk yang dijual bermacam macam, mulai dari kaos yang bertuliskan Borobudur, Yogyakarta, Jawa Tengah, ada juga berbagai macam patung candi borobudur yang dapat menjadi perhiasan di rumah. Biasanya saya suka mengoleksi patung-patung atau landmark dari suatu kota yang ada di Indonsia dan di dunia yang saya kunjungi, tapi kali ini saya sedang irit dan menabung, akhirnya saya tidak membeli apa-apa. Ya Suddahlah...

Lorong candi Borobudur

Satu hal yang membuat saya kagum adalah tata kelola pengunjung dan manajemen jalur keluar tersebut. Tim pengembang Candi Borobudur ini rupayanya sudah mengatur bahwa setiap pengunjung wajib melewati lorong yang berisi jajanan rakyat. Alih-alih, semua orang yang mungkin pada awalnya tidak ada niatan untuk membeli apa apa, akhirnya membeli juga meskipun hanya satu.

Well, pada awalnya saya sangat penasaran untuk melihat pemutaran film sejarah Candi Borobudur. Ternyata disini ada sebuah spot yang memperlihatkan proses pembanguna dan nilai-nilai yang terkadung di dalamnya. Durasi film tersebut katanya lima menit, namun hal itu tidak dapat dilakukan karena cuaca tidak mendukung. Tadinya penulis ingin banget buat menjelaskan hal itu, namun sekarang saya terjebak di salah satu tempat yang ada di lorong dengan posisi duduk lesehan sambil menyeduh segelas kopi dan menyeruput mie instan. Mungkin hujan ini sangat perhatian sama penulis, karena dengan gaya bahasa non-verbalnya air itu menyuruh penulis untuk istirahat di lorong ini karena dia sangat tau betul kalau penulis sangat kecapean dan kelaparan. Kedua, hujan juga menyuruh penulis supaya melanjutkan memijat mijat telephon pintarnya agar netizen tetap bisa membaca blog ini. Ternyata itu makna dibalik hujan ini. Terimakasih hujan.

Oia, saya hampir lupa dari tadi terlalu asik bercerita mengenai candi borobudur sampai sampai lupa menjelaskan sama siapa saya pergi kesini. Jadi saya kesini ditemani oleh seorang tokoh yang sudah sangat paseh berbasa inggris, pokonya pery pery pluent deh. Saking pasehnya, hasil test speaking IELTS-nya aja dapat nilai 7.5. Wah bagaimana itu ? Pasti netizen penasaran kan seperti apa kalau dia ngomong ? Ya lihat saja di youtube, bagaimana speaking IELTS Band 7.5. Kurang lebih seperti itu lah teman saya yang satu ini. Pokonya bahasa inggrisnya tidak terkalahkan, dan dia juga berasal dari sebelah Timur Pulau Jawa. Makanya dia sangat senang maen ke Candi Borobudur ini.

Terakhir, saya sangat bersyukur bahwa perjalanan saya hari ini tidak sia-sia karena selain mendapatkan foto-foto, menikmati keindahan alam, penulis juga mendapatkan hal yang nilainya tidak dapat diuangkan yaitu pengetahuan mengenai sejarah pembuatan candi borobudur ini. Bagi saya, ini lah proses edukasi yang sesungguhnya karena saya dapat mengalami langsung apa yang terjadi di tempat kejadian. Sehingga ini sangat berguna buat murid-murid saya nanti, ketika mengajar Pendidikan Kewarganegaraan di kelas, saya dapat menjelaskan secara utuh.

Saya juga mengajak buat para netizen semuanya yang tak sengaja menemukan dan membaca tulisan saya yang tidak berguna ini, ayo kita temukan apapun dari hasil perjalanan kita. Kalau dalam teori belajar dan pembelajaran, ini adalah sebuah proses learning by doing atau kalau meminjam terminologynya Doren, ini adalah sebuah proses discovery learning. Semua hal yang dilakukan oleh kita semua dapat bermanfaat minimalnya dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kita.

Jangan lupa komentarnya ya setelah membaca blog ini!
Terimakasih.

World heritage culture
Penulis yang sedang melamun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar