I'm Asep Rudi Casmana: November 2011

WILUJEUNG SUMPING DINA SERATAN KANG ASEP


Minggu, 20 November 2011

Tipe Pemimpin Masa Depan


Politik mahasiswa selalu muncul pada saat menjelang pemilihan ketua HMJ (himpunan Mahasiswa Jurusan) atau BEMJ dan yang lainnya. Hal itu sudah lumrah terjadi di setiap organisasi pemerintahan mahasiswa di seluruh kampus di Indonesia. Adanya pemilihan umum merupakan ciri utama dalam perwujudan suatu negara demokrasi. Dalam hal ini, organisasi OPMAWA di kampus dapat dijadikan sebagai media Pembelajaran pendidikan politik usia dini.
Dalam pemilihan ketua HMJ, para calon ketua berasal dari masing-masing jurusan. Tentunya melui tahapan-tahapan yang ditempuh sesuai dengan AD/ART tiap organisasi yang telah ditentukan di dalam Raker tahunan.
Saya mencoba untuk mengklasifikasikan calon ketua berdasarkan kepentingan politik dari para calon ketua umum Himpunan Mahasiswa Jurusan atau HMJ menjadi dua. Pertama merujuk kepada asumsi bahwa politik adalah KEKUASAAN. Dalam hal ini, perilaku politik mahasiswa yang berkenaan dengan pemilihan itu merupakan salah satu upaya mahasiswa untuk memperoleh kekuasaan. Kedua merujuk kepada kekuasaan dimaknai sebagai sarana untuk melakukan perubahan.
Pada klasifikasi yang pertama, mahasiswa yang mencalonkan diri untuk menjadi Ketua HMJ adalah mahasiswa yang ada maunya dan ditunggangi oleh kepentingan politik suatu golongan. Mahasiswa tersebut hanya mementingkan kepentingan dari suatu kaum atau golongan untuk memperoleh kekuasaan, padahal kekuasaan yang ingin ia peroleh hanya karena doktrin dari pendahulu. Tipe calon pemimpin yang seperti ini menurut Lord Acton akan menimbulkan peluang untuk bertindak korup. “Power tends to corrupt, but absolute power corrupts absolutely”.
Sedangkan pada klasifikasi yang kedua yaitu merujuk kepada kekuasaan yang dimaknai sebagai sarana untuk melakukan perubahan. Tipe pemimpin yang seperti ini sudah mempunyai agenda dan perencanaan yang matang dari jauh-jauh hari, ia belajar dari pengalaman. Kemudian dari pengalaman itu ia evaluasi, sehingga ia dapat mengetahui kesalahan-kesalahan apa saja yang telah terjadi. Setelah itu ia akan memastikan bawha kesalahan itu tidak akan terulang pada masa kepemimpinannya mendatang. Ia tidak pernah merasa ditunggangi oleh suatu golongan yang memiliki kepentingan tertentu, sehingga ia dengan bebas dapat mengambil keputusan yang bermanfaat bagi masyarakatnya secara tegas.
Salah satu modal utama untuk menjadi calon pemimpin adalah KOMITMEN. Dalam hal ini adalah janji yang telah ia ucapkan. Saya berasumsi bahwa “Mulutmu adalah Harimau mu”, maksudnya adalah Jika suatu perjanjian yang telah disepakati bersama itu dilanggar, maka pemimpin tersebut 0. Ia tidak memiliki komitmen yang baik. Jika hal ini sudah tercermin sejak dini, maka niscaya ia tidak akan tenang apabila ia memang terpilih menjadi ketua HMJ.
Mahasiswa tidak harus selalu menjadi aktor politik. Mahasiswa dapat terlibat proses politik melalui partisipasi politik. Itulah keikutsertaan mahasiswa dalam berbagai proses politik, yang tak hanya berarti mendukung keputusan atau kebijakan, tetapi juga terlibat dalam segala tahap kebijakan, dari pembuatan dan penilaian keputusan, hingga ikut serta dalam pelaksanaan keputusan.