I'm Asep Rudi Casmana: Baca tulisan ini dulu sebelum seleksi substansi LPDP

WILUJEUNG SUMPING DINA SERATAN KANG ASEP


Senin, 25 April 2016

Baca tulisan ini dulu sebelum seleksi substansi LPDP

Oleh Asep Rudi Casmana
Episode 9
Jalan terjal menuju beasiswa LPDP

Seleksi substansi merupakan komponen terpenting setelah kita dinyatakan lolos beasiswa LPDP. Pada bagian ini, seluruh kandidat yang telah dinyatakan lolos dalam seleksi administrasi akan dikumpulkan pada sebuah tempat untuk dilakukan seleksi substansi. Biasanya tempat untuk seleksi ini dilaksanakan di kota-kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Medan, Surabaya, Makassar dan kota-kota yang lainnya. Saya sendiri kemarin memilih untuk seleksi di Kota Jakarta yang tempatnya di STAN Bintaro, alasan saya memilih disini karena lokasinya dekat dengan kampus Universitas Negeri Jakarta. Ada tiga komponen utama yang akan diujikan pada seleksi ini, pertama adalah seleksi wawancara, on the spot writing dan LGD (leaderless group discussion).
1 calon awardee dan 3 orang pewawancara
Sebelum mengikuti seleksi substansi ini, saya benar-benar menganjurkan kepada seluruh peserta yang dinyatakan lolos administrasi untuk mempersiapkan dengan baik. Saya sendiri setelah dinyatakan lolos pada tanggal 2 Februari, langsung mempersiapkan segala-galanya selama kurang lebih 3 minggu. Pada waktu itu, karena ada kawan di Yogyakarta, saya langsung meluncur kost di Jogja hingga semuanya beres.

Pertama adalah seleksi wawancara. Menurut saya, ini adalah komponen yang paling penting yang benar-benar perlu dipersiapkan bagi calon penerima awardee. Langkah yang paling utama adalah membaca kembali isi essay yang sudah pernah ditulis, jangan sampai apa yang ditanya pada saat wawancara, tidak sesuai dengan apa yang ditulis di essay, karena ini akan menjadi sangat fatal. Jika teman-teman memilih untuk studi di Luar Negeri, maka seleksi wawancara ini akan dilaksanakan dalam bahasa Inggris.

Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum mengikuti wawancara ini, karena secara umum saya menyimpulkan bahwa pertanyaan itu terbagi menjadi tiga kelompok besar. Yang pertama adalah pengetahuan seputar kampus. Bagi yang memilih studi luar negeri, ayo di breakdown university tujuannya hingga benar-benar paham. Mulai sekarang, dicari tahu dan dihafalkan apa saja mata kuliah per term nya dan berapa SKS, siapa saja nama dosen pengampu per mata kuliahnya, bagaimana system penilaiannya? (kalau di Indonesia, kita menggunakan A B C D E, bagaimana di luar negeri?), berapa uang SPP per tahunnya, apa saja tugas-tugas per mata kuliahnya?, syarat kelulusannya minimal harus menulis berapa artikel?, setiap pertemuan membahas apa saja?, dan yang lainnya. Selain itu juga terkadang ada pewawancara yang menanyakan bagaimana cara membuat visa negara tujuan, bagaimana transportasi dari Bandara ke kampus, dan sebagainya. Itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang sangat simple dan sebenarnya sudah tersedia dalam website. Jika kita tidak mengetahui hal-hal sepele mengenai itu, berarti kita belum siap untuk studi ke luar negeri. Sebagai sebuah gambaran bahwa salah satu kawan saya yang tidak lolos adalah karena dia tidak mengetahui berapa jumlah SPP yang harus dibayarkan ke perguruan tinggi tersebut.

Berikutnya adalah menghubungi professor. Biasanya, pewawancara menanyakan apakah anda sudah menghubungi professor? Ada baiknya jika kita sudah berkomunikasi dengan professor. Tentunya hal ini tidak dapat dilakukan dalam waktu satu minggu, karena terkadang ada professor yang menjawab sangat lama. Pengalam saya, dosen itu membalas seminggu sekali saking sibuknya. Oleh sebab itu perlu mulai dari sekarang menghubungi professor. Oia, menghubungi professor disini bukan kenalan ya, namun mendiskusikan mengnai rencana thesis kita. Silahkan mulai ditanyakan apakah thesis yang berjudul xxx dapat diteliti di negara dan kampus tujuan? Serta kalau bisa dosen tersebut menjadi pembimbingnya. Tentu saja sebelum menghubungi dosen, kita perlu mengetahui latar belakangnya dia dengan cara mencari artikel atau jurnal ilmiah yang pernah dia publikasikan. Jika ternyata jurnalnya sama dengan apa yang mau kita teliti, maka diskusi akan sangat mudah sehingga teman-teman akan sukses dalam berkomunikasinya. Pengalaman saya, ada kurang lebih empat sampai lima kali saya komunikasi dengan professor. Setelah itu, jangan lupa bukti emainya di print dan dibawa pada saat wawancara. Nanti jika ditanya oleh pewawancara, langsung berikan bukti korenspondensi ini.

Setelah itu adalah mengenai penelitian dan kontribusi ke depan. Pada episode sebelumnya saya menulis bahwa jangan sampai jawaban kita terkesan untuk memperkaya diri sendiri, namun kita harus menjawab secara diplomatis dan memberikan kontribusi untuk Indonesia. Pertanyaan pertama saya pada saat wawancara adalah “mengapa anda ingin melanjutkan studi S2 di Luar negeri?”. Berikan jawaban bahwa karena saya ingin meberikan kontribusi bagi Indonesia. Kemarin saya menjawab bahwa saya ingin berkontribusi di bidang pendidikan, penelitian saya mengenai implementasi pendidikan seks di Indonesia khususnya di SMP dan SMA, (lalu saya sebutkan data dan fakta serta permasalahan terkait kenalakan remaja) sehingga saya ingin memberikan sebuah solusi berupa pendidikan seks (ini adalah rencana thesis saya nanti). Jika penelitian kita sudah mantap, maka ini akan menjadi alasan utama mengapa studi di luar negeri. Misalnya ketika ditanya “mengapa kamu memilih di University of Adelaide? Mengapa tidak di ANU atau Monash yang rankingnya lebih baik?” lagi-lagi penelitian menjadi alasannya. Kita bisa menjawab karena saya sudah menghubungi dosen yang benar benar ahli di bidang ini, meskipun Adelaide rankingnya lebih rendah, namun saya membutuhkan professor yang ahli. Dan professor itu adanya mengajar di University of Adelaide. Pertanyaan berikutnya yang bisa dijawab dengan penelitian “Ngapain kamu jurusan PPKn lanjut ke luar negeri? Di Indonesia saja ya” nah disini, alasan kuat saya adalah lokasi penelitian. Saya katakana bahwa professor saya merekomendasikan untuk meneliti di sekolah XXX, sehingga saya harus studi di University of Adelaide. Serta pertanyaan-pertanyaan yang lainnya. Sehingga perlu adanya persiapan.
jangan sampai seperti ini
Kelompok pertanyaan terakhir adalah seputar kehidupan pribadi yang ditanyakan oleh psikolog. Dia menanyakan bahwa apakah orang tua mendukung, kapan akan menikah, dan yang lainnya. Kalau bagian ini, jawabannya sesuai dengan pengalaman masing-masing. Terakhir, sebelum wawancara ada baiknya teman-teman membuat prediksi pertanyaan dan jawaban. Menurut saya hal ini sangat penting. Kemarin saya membuat 25 prediksi pertanyaan, dan 80 persen dari prediksi itu keluar pada saat seleksi wawancara. Pertanyaan-pertanyaan prediksi tersebut saya kumpulkan dari setiap awardee, biasanya saya paling suka menanyakan kepada seseorang yang sudah wawancara apa saja yang ditanyakan. Setelah itu saya tulis ulang dan membuat prediksi jawaban. Jika ada kawan seperjuangan, coba latihan Tanya jawab dengan dia, karena hal inilah yang akan mempermudah dan mengurangi rasa gugup ketika wawancara. Usahakan pewawancara mendapatkan sebuah jawaban yang tidak dapat diperpanjang dan dipojokan. Salah satu indikator bahwa pewawancara merasa puas dengan jawaban kita yaitu dia langsung berpindah dari topik pertanyaan yang satu ke yang lainnya tanpa memperpanjang pembicaraan.

Setelah wawancara, yang akan para calon awardee hadapi adalah on the spot essay. Sekali lagi mulai tahun 2016, seleksi ini akan dilaksanakan dalam bahasa inggris. Topik yang diberikan yaitu isu-isu yang saat ini sedang menjadi headline dalam media masa. Misalnya pada bulan februari 2016, sedang ada kasus teroris di jalan MH Thamrin Jakarta, kebetulan topic itulah yang saya peroleh. Sepengalaman saya, ketika masuk kedalam ruangan essay, nanti tim pengawas akan memberikan satu lembar pertanyaan dan satu lembar jawaban. Pada lembar pertanyaan, akan disediakan dua buah pilihan topic. Pada saat itu, pilihannya adalah kebijakan plastic berbayar dan teroris. Namun karena saya merasa lebih paham menganai teroris, sehingga langsung saya memilih topic ini. Dalam soal, terlihat bahwa sumber topic diambil dari Koran Jakarta Post, sehingga saya sangat menyarankan kepada para calon awardee untuk terus update Jakarta post. Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam topic ini adalah membaca dan menulis. Kemarin saya update dari majalah tempo, setelah membaca, langsung saya tulis kembali dalam bahasa inggris dengan format IELTS Writing task 2. Untuk memperkaya topic, usahakan dalam satu hari kita bisa membaca dan menulis tiga sampai lima artikel. Sehingga harapannya kita mendapatkan soal pada saat menulis yaitu topic yang pernah dicoba.

Seleksi substansi yang terakhir adalah LGD (Leaderless Group Discussion). Disini para calon awardee akan dibentuk menjadi sebuah kelompok yang terdiri dari 10 hingga 15 orang, kebetulan kelompok saya hanya terdiri dari sembilan orang saja. Setelah dibagi kelompok, tim psikolog akan memberikan sebuah topic (pada waktu itu saya mendapatkan tentang Bela Negara) untuk dibicarakan dan didiskusikan. Diskusi akan dilaksanakan selama kurang lebih 40 menit. Dalam durasi tersebut, kita diberikan waktu lima menit untuk membaca isu yang akan didiskusikan. Setelah itu, diskusi akan dimulai dalam bahasa inggris. Dari beberapa sumber yang saya baca, seleksi LGD ini bukan melihat kadar intelektualitas kita, namun lebih kepada sikap dan bagaimana cara kita menghargai pendapat orang lain. Oleh sebab itu, kita tidak perlu dominan dalam hal ini, cukup memberikan perhatian kepada orang lain pada saat bicara serta menghargainya. Ketika kita menyampaikan ide, ada baiknya hal yang pertama disampaikan adalah mengucapkan sebuah bentuk apresiasi kepada beserta sebelumnya dengan mengatakan bahwa saya setuju, kemudian dilanjutkan dengan sedikit pemaparan serta ide yang akan kita sampaikan, terakhir jangan lupa memberikan kalimat yang intinya memberikan kesempatan kepada orang lain yang ingin melanjutkan menambahkan idenya. Berdasarkan pengalaman saya, kemarin saya berbicara kalau tidak salah hanya tiga kali saja. Sekali lagi, dalam seleksi ini lebih ditekankan kepada sikap dan bagaimana cara penyampaian kita pada saat berdiskusi.

Untuk urutan seleksi substansi ini tidak selalu berurutan mulai dari wawancara, Essay dan LGD, namun hal itu sudah ditentukan dan diatur oleh panitia.

Cukup sekian pemaparan mengenai seleksi substansi LPDP, saya berharap bahwa teman-teman dapat mempersiapkan segalanya dengan maksimal sebelum mengikuti seleksi substansi LPDP. Jika ada hal-hal yang kurang jelas, atau ada yang mauditanyakan, boleh kirim pesan melalui e-mail.

Terimakasih.

4 komentar:

  1. Thank you Aseeepp.... ��
    Thanks for your sharing,.
    Hope, it helps others more ��

    BalasHapus
  2. Terima kasih sharingnya mr asep sangat bermanfaat👍🏼

    BalasHapus
  3. Bermanfaat tulisannya, terimakasih ya :) Sekalian mau tanya, kalau merumuskan thesis dan mengontak profesor sebelum keberangkatan, itu berlaku untuk semua program atau hanya untuk yang mengambil program research saja? Saya berencana ngambil program taught master apa harus bikin rencana spt itu juga? Makasih sebelumnyaa :D

    BalasHapus