I'm Asep Rudi Casmana: Maret 2016

WILUJEUNG SUMPING DINA SERATAN KANG ASEP


Jumat, 25 Maret 2016

Katanya Indonesia satu, kok berantem?

Oleh Asep Rudi Casmana

Indonesia merupakan sebuah negara multikultural. Hal ini diperlihatkan dengan banyaknya pulau-pulau, bahasa daerah, suku, ras, agama serta hal-hal lainnya yang telah membuat bangsa ini sebagai sebuah negara yang kaya akan segala-galanya. Penduduknya yang sangat ramah juga telah membuat para pengunjung dari luar negeri merasa nyaman ketika tinggal dengan masyarakat lokal. Keberagaman dan multikultural tersebut akan menjadi sebuah kekayaan dan harta yang sangat berharga yang tidak dimiliki oleh bangsa lainnya, namun hal itu juga dapat menjadi sebuah konflik yang dapat membuat Indonesia menjadi negara yang terpecah-belah.

Semenjak dideklarasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa ini telah mengalami berbagai fenomena yang dapat mempengaruhi persatuan dan kesatuannya. Tragedi tersebut khususnya menyangkut masalah sara, mulai dari deportasi ribuan etnis China pada saat era orde baru, hingga konflik antar agama.

Jika melihat beberapa tahun ke belakang, masih sangat segar dalam ingatan bangsa Indonesia ketika tragedi Poso dan Sampit mewarnai negeri ini. Pada saat itu, perpecahan terjadi karena permasalahan agama khususnya antar pemuda di daerah itu terus megalir hingga berjatuhan korban. Banyak media yang mempublikasikan para korban yang sudah menjadi mayat. Tubuh yang telah berlumuran darah merah yang keluar dari uratnya, hingga korban yang hilang kepalanya entah kemana tengah menggemparkan bangsa ini.

Mayat-mayat yang tergeletak dengan kucuran darah tersebut telah banyak diklaim oleh media bahwa itu adalah orang yang beragama Islam. Namun disisi lain, ada banyak media juga yang memberikan label bahwa korban itu berasal dari agama Kristen. Padahal, tidak ada bukti berupa kartu identitas yang sangat kuat bahwa mereka berasal dari salah satu agama. Yang jelas, mereka adalah bangsa Indonesia, mereka adalah saudara-saudara kita semua. Orang yang dapat berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia, orang yang memiliki ciri-ciri kulit dan rambut yang sama.

Konflik-konflik antar agama dan ras tersebut bukan berarti telah redam dan tidak akan muncul kembali. Jika ada orang yang mencoba untuk mengobarkan bara api konflik itu, maka akan terulang kembali. Saat ini, banyak media yang mulai memanfaatkan momen pemilihan kepala daerah Gubernur DKI Jakarta sebagai cara untuk mengobarkan bara api konflik antar agama dan antar suku. Orang-orang yang terlibat dalam permainan ini pun berasal dari mulai kalangan borjuis hingga kalangan priyai bahkan ada juga kalangan akademisi. Mereka berusaha untuk menyalakan konflik yang dapat mengulangi tragedi-tragedi yang menyedihkan yang tengah terjadi di Indonesia.

Sebagai seorang guru Pendidikan Kewarganegaraan, saya berasumsi bahwa hal itu telah terjadi karena kurangnya pahamnya terhadap Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia khususnya sila pertama. Proses pengejawantahan Pancasil akan mempersuasi orang-orang untuk dapat meredam konflik bahkan menimbunnyaa hingga hal itu tidak terjadi kembali.
Yudi Latif dalam bukunya Mata Air Keteladanan mengatakan bahwa di Indonesia ini terdiri dari banyak agama yang masing masing dari kelompok itu memiliki keyakinan bahwa mereka semuanya merasa paling benar. Namun dari perbedaan-perbedaan itu ada sebuah titik temu yang bernama “kaidah emas” atau golden rule yang menyatukannya. Secara negatif makna dari kaidah tersebut adalah “janganlah engkau berbuat sesuatu kepada orang lain, yang engkau sendiri tidak ingin diperlakukan seperti itu”. Sedangkan dalam kalimat positifnya adalah “cintailah sesamamu seperti engkau mencintai dirimu sendiri”

Dari pernyataan Yudi Latif terebut sudah sangat jelas bahwa untuk menjaga keberagaman, persatuan dan kesatuan Indonesia, perlu adanya pengejawantahan terhadap Pancasila terutama sila pertama yaitu ketuhanan yang maha esa. Hal ini akan membuat orang hidup rukun antar umat beragama, sehingga konflik-konflik seperti yang sudah terjadi tidak akan terulang. Kejadian seperti ini juga diasumsikan bahwa apabila seseorang sudah menjungjung tinggi toleransi dan tenggang rasa, maka mereka akan memperlakukan orang lain yang berbeda kelompok seperti mencintai dirinya sendiri. Mereka juga tidak akan memperlakukan orang lain seperti apa yang tidak ia inginkan.

Jika mengutip pernyataan Sjafrudin Prawiranegara, Pemerintah Darurat Republik Indonesia yang berdiam di istana Bukit Tinggi mengatakan bahwa di Indonesia ini tidak ada barat dan tidak ada timur, tidak ada islam dan tidak ada Kristen, tidak ada hindu dan tidak ada budha kalau mereka berlomba-lomba berbuat baik kepada Tuhan Yang Maha Esa. Baik itu dari agama apapun, semuanya sama. Yaitu sama-sama untuk mencari kebaikan baik itu kepada sesama umat manusia ataupun kepada tuhannya.

Oleh sebab itu, marilah kita sama-sama menjadikan pancasila sebagai ideologi dalam kehidupan sebagai ciri khas bangsa Indonesia. Dengan adanya pemahaman mendalam mengenai Pancasila, orang-orang akan berusaha menghormati dan toleransi kepada orang lain.


Sabtu, 19 Maret 2016

Ayo terapkan Pendidikan Seks di Indonesia, emang boleh?

Oleh Asep Rudi Casmana, S.Pd.
Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan



Menjadi salah satu keluarga penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) merupakan sebuah tanggung jawab yang besar bagi diri saya pribadi. Pasalnya saya diberikan dana yang nilainya cukup besar dan jika ditanggung oleh biaya sendiri, saya tidak akan mampu untuk mengumpulkan dana sebanyak itu. Tentunya hal itu telah membuat diri saya pribadi untuk dapat bersyukur dan membuat sebuah pemikiran yang dapat direalisasikan setelah setelah seleasai masa studi masternya.

Sebagai seorang pendidik, saya memilih negara Australia khususnya di Monash University untuk melanjutkan studi master degere. Di kampus para pendidik ini, saya mengambil jurusan Master of Education in Educational Leadership and Policy. Hal ini saya lakukan bukan semata-mata saya sebagai seorang guru, namun saya ingin memberikan sebuah kontribusi yang nyata bagi Indonesia khususnya di bidang pendidikan, setelah menyelesaikan masa belajar.

Sebagai seseorang yang menerima beasiswa, tentunya ada sebuah tanggung jawab moral bagi saya supaya dapat memberikan sebuah timbal balik untuk bangsa Indonesia ke depan. Hal itu saya sampaikan kepada para pewawancara pada saat seleksi di Jakarta.

Jadi saya ingin membuat sedikit warna baru di bidang pendidikan, yaitu membuat konsep pembelajaran pendidikan Seks bagi para peserta didik mulai dari tingkat dasar hingga tingkat menengah. Hal ini dilatar belakangi oleh beberapa kasus yang menggambarkan bahwa saat ini Indonesia sedang mengalami degradaai moral, khususnya para remaja yang akan menjadi para penerus generasi masa depan bangsa Indonesia. Bisa kita lihat wajah bangsa Indonesia saat ini melalui penelitian yang dilakukan oleh BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) pada tahun 2008 yang menyebutkan bahwa 51 % remaja yang tinggal di Jakarta, Bogor, Tanggerang dan Bekasi sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Kemudian hal ini didukung oleh hasil survey PKBI (perkumpulan keluarga berencana Indonesia) pada tahun 2006 yang menyebutkan bahwa usia pertama kali para remaja melakukan hubungan seksual adalah 13 hingga 18 tahun.


Jika mengarah kepada survey diatas, sungguh sangat mengenaskan keadaan degradasi moral bangsa Indonesia ini. Belum lagi akhir-akhir ini marak beberapa pemberitaan mengenai pencabulan terhadap anak-anak, penyebaran hubungan sesama jenis yang benar-benar memberikan efek negatif terhadap kesehatan tubuh. Oleh sebab itu, hal ini tidak dapat dibiarkan karena mereka adalah generasi-generasi para penerus bangsa Indonesia yang akan menjadi pengemudi bangsa Indonesia kearah mana akan dibawa.

Sebuah solusi jangka panjang yang saya tawarkan adalah melalui implementasi pendidikan seks di tingkat dasar hingga menengah. Subjek pelajaran pendidikan seks ini  belum pernah diterapkan di Indonesia dan bahkan sangat tabu untuk dibicarakan. Hal ini bukanlah menjadi sebuah masalah bagi saya, karena dengan perkembangan zaman dan globalisasi yang saat ini sedang melanda bangsa Indonesia, pendidikan seks merupakan sebuah kebutuhan yang secara ilmiah perlu diketahi oleh para peserta didik yang sedang duduk di institusi pendidikan formal.

Selanjutnya saya memilih di Australia karena negara ini sudah secara formal menerapkan pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga menengah. Menurut Tom Batty, kepala sekolah di Scotch College Melbourne, mengatakan bahwa pendidikan seks di Australia sudah terintegrasi melalui pendidikan agama Kristen dan pendidikan jasmani dan kesehatan. Mereka memfokuskan kepada kedua pelajaran itu yang mengampu kegiatan belajar-mengajar mengenai pendidikan seks. Hal ini sudah sepenuhnya didukung oleh pemerintah setempat melalui peraturan yang tertuang dalam Victorian Essential Learning Standard (VELC) yang telah membuat subjek pendidikan seks menjadi sebuah pelajaran yang wajib.

Atas dasar hal itulah, saya memutuskan untuk melanjutkan untuk melanjutkan studi di Australia. Sambil saya belajar di Monash University, saya dapat mengunjungi beberapa sekolah untuk dapat mengamati secara langsung bagaimana proses belajar mengajar yang ada di sekolah tersebut. Saya juga dapat berinteraksi dengan para guru pelajaran yang mengampu pendidikan seks. Alasan lainnya adalah kampus Monash University berlokasi di Melbourne, dimana hal ini lebih dekat ke sekolah-sekolah menengah yang sudah sukses dalam implementasi pendidikan seks.


Harapannya setelah saya pulang dan kembali ke Indonesia, saya memiliki sebuah oleh-oleh yang dapat memberikan kontribusi khususnya di bidang pendidikan Indonesia. Kemudian, secara perlahan permasalahan degradasi moral yang terjadi pada generasi pelajar Indonesia saat ini dapat diatasi secara perlahan.
                                                                                                                                 

Sabtu, 12 Maret 2016

Ku Tarik Anak Panah-ku di Kampung Inggris

Oleh Asep Rudi Casmana
Episode 3
Jalan terjal menuju beasiswa LPDP

“Sep, ibarat sebuah panah, saat ini lo sedang menarik jauh-jauh ke belakang anak panah lo. Pada saat waktu yang tepat, hal itu akan melesat jauh ke depan dan menancap di sebuah tempat yang sesuai dengan cita-cita lo…..”
Jafar Shodiq, S.Pd. Guru PKn SMP Islam Al-Azhar Karawang

Sebuah kalimat yang diberikan oleh sahabat saya, ketika membawa murid-muridnya ke pare, dia memberikan nasehat seperti itu yang hingga saat ini selalu saya ingat. Disaat semangat saya turun dan hampir putus asa, pada akhirnya Allah selalu memberikan seseorang yang secara tidak sengaja terus meningkatkan semangat dan motivasi untuk berjuang. Berikut ini saya akan ingin bercerita susah senang selama kurang lebih 14 bulan di pare.
…………………………….
Kampung Inggris
Saya sangat ingat betul bahwa pada saat itu, waktu menunjukan pukul 01.30 WIB dimana yang biasanya orang-orang sudah tertidur dengan lelap dan menikmati mimpi-mimpi indahnya dalam kegelapan malam. Hal itu sangat berbeda dengan saya, otak ini harus terus bekerja untuk menghafal academic advance vocabularies atau bahkan menulis artikel dengan bahasa inggris akademik. Setiap hari di tempat saya belajar, saya harus menghafal kosa kata kurang lebih tiga puluh, yang apabila tidak sampai segitu, terkadang kami tidak diperbolehkan masuk ke dalam kelas. Untungnya saya memiliki seorang kawan seperjalanan yang selau berjuang bersama untuk menghafal kosa kata tersebut atau bahkan mengingatkan apa saja tugas yang harus di kupulkan ke guru di kelas pada hari esok. Setelah hafal semua kosa kata itu, esok harinya kami harus masuk kelas tepat pada pukul 06.00 WIB tanpa telat satu menit pun. Pernah suatu hari, saya dan kawan saya itu telat bangun pagi, tanpa mandi, kami langsung bergeas lari-lari ke kelas. Entah roh ini sudah berkumpul atau belum, atau sudah sadar atau belum. Setelah keringat bercucuran dan membasahi hampir semua kaos saya serta nafas dan jantung yang terus berdetak kencang, waktu menunjukan pukul 06.10 menit ketika kami sampai di pintu kelas. Sesuai dengan peraturan, kami berdua tidak diperbolehkan masuk oleh turor.

Rasanya sangat sedih. Jika saya tertinggal satu pertemuan saja, maka saya akan tertinggal materi karena belajar IELTS khususnya writing itu sama seperti matematika. Ketika tertinggal sekali, kami akan kehilangan dan ketinggalan arah. Saya juga teringat pengorbanan tadi malam yang dengan susah payah menghafalkan vocabularies sebanyak 30 kata yang level-nya khusus untuk kosakata akademik. Namun, peraturan ya tetap peraturan, akhirnya kami mendapat hukuman untuk tidak dapat masuk ke kelas selama satu hari. Kehidupan seperti itulah yang tengah mewarnai hari-hari saya selama di pare, kampung inggris.
………………………………………………

Jadi selama satu tahun di pare, saya mengambil beberapa tempat kursus yang dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas saya untuk dapat melanjutkan studi ke Australia. Namun disini saya akan menceritakan satu tempat kursus yang paling lama saya belajar dan memberikan dampak yang sangat besar terhadap kesuksesan dalam mempelajari IELTS.

Saya memutuskan untuk belajar di English Studio, karena tempat ini adalah yang benar-benar memfokuskan untuk mempelajari IELTS. Disini saya dipertemukan tengan orang-orang yang sangat hebat, karena mayoritas peserta didik yang belajar disini adalah yang memiliki tujuan belajar IELTS dan lanjut studi ke Luar Negeri. Sehingga lingkungannya sangat mendukung.
Kawan seperjalanan yang bertahan
Jumlah pelajar disini tidak banyak, mereka membatasi tidak lebih dari sepuluh orang di setiap kelasnya. Namun biasanya baru seminggu atau dua minggu belajar, mereka banyak yang menghilang, atau kami katakan mereka terjangkit penyakit MUNTABER (mundur tanpa berita) karena tidak cocok dengan budaya akademik disini. Di kelas saya pun yang bertahan hingga bulan ketiga hanya tinggal tiga orang saja. Saya sendiri, dan dua orang sahabat saya dari Sumatera yang sangat hebat.

Memang yang tadi diatas hanya sepenggal kisah dari perjalanan saya belajar IELTS di English Studio ini, kami dituntut untuk belajar dan datang tepat waktu mulai dari pukul 06.00 pagi hingga pukul 21.00 malam, terkadang kalau tugas belum selesai kami belajar hingga pukul 10.00 atau bahkan menginap di kelas. Kami juga tidak mengenal tanggal merah ataupun weekend sabtu minggu, setiap hari adalah kelas di English Studio (ES). Namun perbedaannya kalau weekend biasanya tidak ada kelas malam. Itulah sebabnya banyak orang yang hilang tanpa kabar meskipun baru dua minggu.

Aktivitas pertama kami dimulai pada pukul 06.00 – 11.00, pada kelas pagi ini biasnya kami belajar listening dan reading yang dibagi menjadi dua sesi. Namun sebelum itu, totor kami selalu menagih hafalan kosa kata yang banyaknya sekitar 30 setiap harinya. Jika kami tidak hafal, maka biasanya diberikan sanksi atau tidak boleh masuk kelas. Dalam kelas listening ini, tutor kami memberikan materi dan membahas soal-soal yang ada di Cambridge IELTS, atau biasanya diberikan video TED untuk dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas bahasa inggris. Sedangkan pada sesi reading, kami juga selalu dilatih untuk membaca dan mengerjakan soal-soalnya. Mengenai detail bagaimana proses peningkatkan skill listening dan reading, nanti saya akan bahas dalam artikel khusus di episode berikutnya.

Setelah kami istirahat selama dua jam, biasanya kami disuruh tidur oleh tutor, dilanjutkan lagi kelas pada pukul 13.00 – 17.00. Kelas sesi kedua ini adalah untuk materi Speaking dan Writing. Saya sangat suka kelas ini, khususnya writing karena kami diwajibkan menulis setidaknya dua artikel setiap hari dalam bahasa inggris melalui tugas-tugas. Tentunya yang berhubungan dengan IELTS. Satu hal yang saya pelajari disini, saya yang tadinya tidak dapat membaca grafik dan tabel (IELTS Writing task 1), karena belajar disini saya jadi mampu dan bisa membacanya. Kemudian kelas speaking, saya juga sangat nyaman karena saya sangat enjoy ketika bercerita dan menjawab pertanyaan dalam bahasa inggris. Kelas ini hanya jeda untuk sholat Ashar, selebihnya kami belajar di kelas.

Setelah otak diperas selama seharian, kami bertiga belum dapat beristirahat karena masih ada kelas malam yang dimulai pada pukul 19.00 – 21.00. Terkadang suka molor hingga pukul 10.00 atau tengah malam. Kelas malam ini biasa dikatakan sebagai kelas vitamin. Karena disini kami diwajibkan untuk merangkum video TED yang diperoleh dari youtube. Setelah mendengarkan video yang berdurasi kurang lebih 10 – 20 menit, kami harus menulis dengan minimal 80 hingga 150 kata dalam bahasa inggris dengan grammar yang benar. Setelah itu tulisannya diunggah ke grup facebook English Studio. Selain listening, kami juga harus merangkum satu artikel yang berasal dari tujuh website yang salah satuny adalah national geographic dan history today. Dalam satu artikel itu, kami merangkum dan mengupload ke facebook. Begitulah aktivitas saya selama belajar di English studio.

Belum selesai sampai disini, sepulangnya sampai kamar, saya tidak dapat langsung tidur, karena saya harus menghafalkan 30 kosa kata akademik yang merupakan tiket masuk ke kelas pada hari esoknya. Atau terkadang ada tugas tambahan untuk menulis satu atau dua artikel, sehingga waktu tidur saya benar-benar sangat berkurang. Kalau weekend terkadang saya tidak tidur semalaman karena saya harus translate artikel reading, karena itu adalah skill yang paling membutuhkan peningkatannya.
Ini tempat saya belajar
Karena sibuknya aktifitas di English Studio, sehingga saya benar-benar sangat lupa sama yang lainnya. Tidak ada dalam benak pikiran saya untuk pergi berlibur, padahal teman-teman yang belajar di tempat lain banyak yang mengajak liburan ke Surabaya atau ke Malang yang memiliki spot-spot wisata yang sangat bagus. Pokonya saya harus bertahan hingga saya sukses dapatkan nilai IELTS 6.5. Serta saya menghilang dari peradaban komunikasi teman-teman yang lainnya, itu dikarenakan padatnya aktivitas di English Studio. 
Pada akhirnya, setelah kurang lebih selama delapan bulan aktivitas dan rutinitas sehari-hari, saya baru dapat kembali aktif di social media, dan dapat berkomunikasi dengan yang lainnya. Meskipun saya sibuk dengan aktifitas bahasa, saya berusaha untuk tidak mengeluh dan terus berjuang.

Tutor saya selain membimbing bahasa inggris, dia juga memberikan motivasi untuk terus berjuang. Saya masih ingat betul pernyataan dia bahwa lebih baik kita berjungkir balik di dalam negeri untuk belajar bahasa dibandingkan dengan harus dicaci maki oleh dosen di luar negeri, karena kita benar-benar belum tau seberapa keras kultur akademik di luar negeri. Setidaknya dengan proses pembelajaran yang sangat ketat di pare ini dapat menjadikan bekal kepada kita supaya tidak kaget dengan diharuskannya menulis setiap hari di luar negeri.

Saya sangat bersyukur bisa bertemu kawan-kawan seperjalanan yang dapat meberikan motivasi dan inspirasi saya untuk terus berjuang hingga saya mendapatkan beasiswa LPDP. Pada akhirnya, saya tidak ketakutan lagi untuk membaca artikel bahasa inggris. Dengan vocab yang saya hafalkan sebanyak 30 setiap hari selama tiga bulan, benar benar telah membantu saya dan mempermudah untuk membaca dan berkomunikasi.

Perjalanan saya selama satu tahun di pare benar-benar sangat melelahkan pada waktu itu. Terkadang berlali cepat, terkadang lambat, terkadang berhenti, terkadang sambil ngesot, itu semua tergantung beban yang ditanggung. Namun pada akhirnya saya dapat menyelesaikannya. Seperti kata tutor saya di English Studio yang mengatakan bahwa “segala sesuatu itu harus diselesaikan”. Jadi bagi teman-teman yang sudah memiliki niat untuk lanjut studi ke luar negeri dan mendapatkan beasiswa LPDP, kalau gagal ayo terus dilanjutkan jangan sampai berhenti.

Sebenarnya masih banyak kisah-kisah lain yang ingin saya ceritakan, namun seperti yang saya katakana di awal bahwa tinta lima pensil pun tidak akan cukup untuk menuliskan indahnya kampung inggris. Namun kurang lebih inilah ringkasannya. Kedepan, saya akan menceritakan bagaimana caranya untuk membangkitkan motivasi dan semangat setelah 2 kali gagal test IELTS dan 3 kali gagal test TOEFL ITP.


Terimakasih.

Ku Korbankan Murid-ku demi LPDP

Oleh Asep Rudi Casmana
Episode 2 
Jalan terjal menuju LPDP

Suka cita minggu akhir bersama murid
Pada waktu itu, kira-kira bulan November 2014 dimana hari itu adalah minggu terakhir mengajar sebelum menjelang Ujian Akhir Semester (UAS) untuk para siswa SMA. Karena pertemuan terakhir, saya sengaja secara tiba-tiba meminta foto-foto bersama seluruh siswa di setiap kelas. Para siswa sangat antusias dengan undangan saya untuk dapat ikut berfoto bersama, lalu saya juga memberikan semangat dan motivasi kepada anak-anak supaya rajin belajar dalam mempersiapkan UAS. Saya sendiri mengajar pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk kelas 10 dan Sosiologi untuk kelas 11 di SMA Labschool Cibubur.

Beberapa kelas tidak curiga ketika saya ajak untuk berfoto bersama, mereka malah meminta untuk foto secara individu, mungkin mereka sudah menganggap kalau saya adalah kakanya sendiri, karena begitu akrabnya saya dengan para murid. Namun tiba-tiba, ada beberapa murid yang curiga dan mengatakan “kenapa pak, kok malah ambil banyak gambar? Memangnya bapak mau kemana?”

Jalan terjal menuju beasiswa LPDP

Episode 1
Luruskan Niat
Oleh Asep Rudi Casmana

Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah”
(HR. Bukhari, Muslim)

Sumber: www.google.com
Mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi magister baik itu di dalam maupun di luar negeri merupakan sebuah nikmat yang sangat besar. Pemerintah Indonesia pada saat ini melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) tengah memberikan dana kepada para pemuda Indonesia untuk dapat melanjutkan studi melalui program Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI). Untuk mendapatkan beasiswa tersebut, tentunya membutuhkan beberapa persiapan yang matang yang salah satunya adalah bahasa inggris yang dibuktikan dengan adanya sertifikat IELTS ataupun TOEFL. Serta ada beberapa persyaratan yang lain yang harus dilengkapi oleh para pelamar beasiswa. Oleh sebab itu para calon pelamar benar-benar membutuhkan persiapan yang sangat matang, apalagi bagi mereka yang ingin studi ke luar negeri. Ini merupakan tulisan di episode pertama mengenai perjalanan saya untuk mendapatkan beasiswa. Kedepan saya juga akan menjelaskan bagaimana untuk mendapatkan nilai IELTS Speaking Band 7, proses seleksi LPDP termasuk wawancara, penulisan essay, proses mendapatkan LoA dari Australia hingga mendapatkan beasiswa LPDP.

Jumat, 11 Maret 2016

Arti sebuah penantian

Oleh Asep Rudi Casmana
Yogyakarta Kota Transit
Episode 4

Kala itu, waktu menunjukan pukul 21.15 tepatnya pada hari kamis, 10 Maret 2016. Nama sebuah hari yang terdiri dari lima huruf itu memang sudah tidak asing lagi untuk didengar oleh semua orang ketika mereka melaluinya termasuk diri saya, namun ada sesuatu yang sangat berbeda yang ternyata dapat merubah sebuah langkah masa depan saya khususnya untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sebagai seorang insan manusia agar dapat memberikan sebuah kontribusi untuk bangsa Indonesia.

Kurang lebih sekitar 445 hari lamanya saya menunggu hari kamis ini, semenjak terhitung tanggal 23 Desember 2014 dimana hari itu adalah pertama kalinya saya menginjakan kaki di sebuah provinsi ujung timur Jawa, tepatnya di sebuah tempat yang biasa digunakan orang-orang di seluruh Indonesia untuk belajar bahasa. Disana saya berusaha selain untuk memenuhi persyaratan administrasi, juga untuk meningkatkan kapasitas saya supaya dapat bergaul di lingkungan manca Negara.

Mungkin jika harus diceritakan satu persatu untuk menuliskan kisah-kisah senang, susah dan sedih di tempat itu, lima batang pena tidak akan cukup untuk menyampaikannya. Terlalu indah untuk dikenang, terlalu sedih untuk dirasa, bahkan terlalu seram apabila dibayangkan. Namun, pada akhirnya saya sudah berhasil melewati kisah-kisah bersejarah 
itu.

……….

Tepat pada pukul 21.30, ketika saya sedang berdiskusi dengan seseorang yang statusnya sebagai mahasiswa pasca sarjana Universitas Gadjah Mada, topik yang kami bicarakan pada waktu itu adalah pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017, ada sebuah pesan elektronik masuk secara tiba-tiba ke telephon pintar saya yang berwarna biru tua tanpa disengaja. Pada awalnya, saya berasumsi bahwa pesan tersebut akan datang pada esok harinya karena waktu sudah malam dan angina dari jendela pun terasa masuk memenuhi ruangan kamar kami di Yogyakarta.

Karena tak sanggup untuk membuka dan melihat apa isi pesan tersebut, yang memang sudah dinanti berates-ratus hari, saya langsung meminta kepada kawan saya untuk membukakan dan membaca email tersebut. Dengan cekatan, tangannya langsung mengambil telephon pintar saya dan menyentuh serta mengusap-usap layarnya kebawah. Sorot matanya yang sangat tajam seolah-olah menggambarkan ada sesuatu yang negatif terjadi dari pesan itu, dia berusaha untuk membaca secara hati-hati apa yang tertulis dalam gawai itu.

Setelah dia melihat secara keseluruhan, tangan kananya yang sedang memegang gawai tersebut menunjukan layarya ke saya tepat berisi sebuah kata yang terdiri dari lima huruf yang secara langsung telah membuat detak jantung saya berdebar-debar kencang tak karuan.

Dengan huruf yang sangat tebal dan berwarna hitam dengan ukuran yang lebih besar dari yang lain, mungkin kira-kira ukurannya 30 kalau di Ms. Word telah menyatakan bahwa saya dinyatakan :

L O L O S

Sebagai penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) dari Kementrian Keuangan Republik Indonesia pada tahun 2016 batch 1 untuk melanjutkan studi di jurusan Master of Education, Monash University, Australia.

Kurang lebih 445 hari lamanya saya berusaha merubah sebuah mimpi yang terbesit dalam lamunan hingga saat ini sudah menjadi kenyataan. Dan pada akhirnya, saya ingin segera untuk menginjakan kaki di sebuah Kota terbaik di dunia yaitu Melbourne, Australia. Insya Allah, jika proses administrasi seperti pengurusan perpanjangan passport, pembuatan Visa, proses LoA Monash University lancer, pada bulan Juni ini saya langsung terbang ke negeri Kanguru untuk melajar mengenai ilmu kebijakan pendidikan.

Dari sepenggal kisah ini, saya ingin mengajak dan memperlihatkan kepada teman-teman setia pembaca blog ini bahwa segala sesuatu itu dapat kita capai dan raih dengan sungguh-sungguh, dan focus kepada satu tujuan. Dengan mengerahkan segala kemampuan dan memaksimalkan setiap waktu yang terus berjalan, saya akan sangat yakin bahwa teman-teman akan mendapatkan lebih dari apa yang saya peroleh saat ini.
……………………………
Terimakasih banyak kepada teman teman yang telah menuliskan dan mengomentari sebuah pernyataan pribadi yang ada di media social saya. Saya berharap bahwa teman teman juga dapat sukses sesuai dengan apa yang dicita-citakan.

Sebenarnya masih banyak yang ini saya sampaikan bagaimana proses perjuangan dan apa saja yang perlu dipersiapkan untuk memperoleh beasiswa LPDP ini, namun rasanya sangat berat untuk menahan kelopak mata agar tetap terus terbuka pada malam hari ini. Insya Allah saya akan menuliskan semua kisah senang sedih hingga saya mendapatkan beasiswa LPDP ini pada lembaran pena yang lainnya, mulai dari proses apa saja untuk dapat belajar IELTS hingga proses seleksi LPDP 2016. Oleh sebab itu, tetap keep up to date ke blog asep rudi ini.


Terimakasih

Selasa, 08 Maret 2016

LDR-an yuk neng “-Ulan” kaya Gerhana

Oleh Asep Rudi Casmana, S.Pd., S.Na. (Sang Novelis Amatiran)

EPisode 3 Yogyakarta Kota Transit

Pagi itu menunjukan pada tangga 9 Maret 2016, dimana Kang Asep sedang merasa sangat campur aduk perasaanya. Malam menjelang hari ini rasanya sangat sulit untuk memejamkan mata, karena ada sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu jawabannya pada tanggal 10 mendatang, which is hari Kamis. Emangnya ada apa sih Kang Asep? Entahlah, pokonya hal itu masih sangat dirahasiakan. Kang Asep Ketakutan kalau permintaan yang sudah susah payah dipersiapkan omongannya, ternyata ditolak. Mungkin para netizen yang sedang membaca blog ini pernah merasakan bagaimana rasanya ditolak oleh seorang calon pendamping hidupnya? Atau ditolak sama pacar? Nah ternyata, si Kang Asep juga pernah merasakan hal itu sekali. Dan rasanya itu tidak bisa dilukiskan bagaimana, mungkin lebih sakit daripada rasa sakit gigi yang berlubang, atau bahkan lebih sakit daripada tangan yang terkena silet hingga berdarah. Tapi tanggal 10 ini rasanya lama. Bahkan perasaan ingin segera hari esok itu rasanya lebi-lebih seperti seseorang yang sedang kebelet untuk buang air besar. Kira-kira netizen bisa membayangkan kan? Tapi ya sudahlah, pokonya si Kang Asep sekarang hanya bisa berdoa saja semoga besok nerima SMS yang isinya diterima, jadi tidak galau lagi seperti hari ini. Wah, jadinya curhat deh. #ehh

Yogyakarta Kota Transit

Episode 2

Exploring the world heritage spot, Candi Borobudur, Magelang, Jawa Barat.


Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah memiliki beberapa tempat-tempat yang dapat dijadikan sebagai sebuah lokasi pariwisata baik itu untuk menikmati keindahan alam ataupun untuk menelusuri sejarah yang sudah terjadi di masa lampau. Kalau dalam perapektif islam, segala sesuatu itu dimulai dengat niat, apapun yang kita lakukan di dunia ini harus memiliki tujuan, jangan sampai kita melakukan sesuatu tanpa adanya sebuah tujuan yang jelas, sehingga hidup kita sia-sia. Dan saat ini, saya sedang berada disebuah tempat yang merupakan salah satu warisan dunia serta telah disahkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa sebagai salah satu dari world heritage spot.

Sabtu, 05 Maret 2016

Yogyakarta Kota Transit

Episode 1
Oleh Asep Rudi Casmana

Hari ini adalah bulan kedua saya berada di sebuah kota yang menyimpan banyak sejarah Indonesia. Konon katanya kota dini dinamakan sebuah kota pelajar atau kota pendidikan, tentunya sebagai sebuah tempat yang banyak menyimpan ilmu, meskipun dalam waktu yang singkat, saya tidak mau menyianyiakan hal itu. Saya tidak mau tinggal di kota ini hanya karna menghabiskan uang untuk menikmati keidahan kotanya saja, tapi tentunya saya juga ingin mencerna banyak ilmu yang dapat saya ceritakan untuk murid-murid saya nanti di kelas.

Ayo kita baca buku “nak” !

Oleh Asep Rudi Casmana
Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Anak-anak merupakan aset masa depan sebuah bangsa yang tak ternilai harganya. Mereka adalah para calon-calon agen perubahan yang akan menentukan sebuah kebijakan dan langkah-langkah sebuah negara dibuat. Baik atau buruknya sebuah negara dapat dilihat dari generasi anak-anak yang akan memimpin negara itu. Menyadari akan pentingnya generasi muda untuk negara ini, perlu adanya sebuah usaha mulai dari tingkat yang paling dini untuk dapat mempersiapkan generasi yang masa depan. Selain nutrisi yang berguna bagi kesehatan tubuh para calon pemimpin, mereka juga membutuhkan sebuah “insight” dan “behavior” yang dapat membuat mereka menjadi well-educated persons. Sebagai seorang pendidik, saya berasumsi bahwa hal yang paling utama yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah menumbuhkan kesadaran dan membuat kebiasaan untuk membaca, sehingga kelak setelah mereka dewasa, kebiasaan itu akan menjadi teman sejati kemanapun ia pergi dan membuat anak itu tidak takut akan ketidaktahuan.

Jumat, 04 Maret 2016

Program Bela Negara (untuk siapa)?

Oleh Asep Rudi Casmana, S.Pd.
FOKUSUTAMA.COM – Bela Negara merupakan sebuah program untuk meningkatkan keamanan dan rasa nasionalisme terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Baru-baru ini, pemerintah melalui Kementrian Pertahanan sedang mencoba untuk menerapkan dan mensukseskan program tersebut karena hal ini dipercaya dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dari setiap individu warga Negara Indonesia khususnya dalam bidang dasar kemiliteran. Namun pada kenyataanya, hal ini sering diasumsikan sebagai sebuah program wajib militer dimana masyarakat yang terlibat dalam program ini harus menempuh latihan fisik dan mental guna mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ketika bahaya perang mengancam. Kebanyakan masyarakat ketakutan dan enggan mengikuti program ini karena tidak akan berpengaruh terhadap kehidupan pribadi mereka.
Ada banyak pendapat mengenai konsep yang sesuai dengan pelaksanaan dan implementasi dalam mendukung program bela negara. Sebagai seorang guru Pendidikan Kewarganegaran, saya sangat setuju dengan proses pelaksanaan program bela negara ini dengan menerapkan konsep “militer modern” (sebuah konsep yang tidak hanya menekankan kepada fisik dan mental saja, namun juga memperdalam strategi dan taktik secara intelektual dalam peperangan) yang dapat dikonsumsi tepat sasaran oleh warga Negara Indonesia untuk melindungi keutuhan NKRI ini.