I'm Asep Rudi Casmana: LDR-an yuk neng “-Ulan” kaya Gerhana

WILUJEUNG SUMPING DINA SERATAN KANG ASEP


Selasa, 08 Maret 2016

LDR-an yuk neng “-Ulan” kaya Gerhana

Oleh Asep Rudi Casmana, S.Pd., S.Na. (Sang Novelis Amatiran)

EPisode 3 Yogyakarta Kota Transit

Pagi itu menunjukan pada tangga 9 Maret 2016, dimana Kang Asep sedang merasa sangat campur aduk perasaanya. Malam menjelang hari ini rasanya sangat sulit untuk memejamkan mata, karena ada sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu jawabannya pada tanggal 10 mendatang, which is hari Kamis. Emangnya ada apa sih Kang Asep? Entahlah, pokonya hal itu masih sangat dirahasiakan. Kang Asep Ketakutan kalau permintaan yang sudah susah payah dipersiapkan omongannya, ternyata ditolak. Mungkin para netizen yang sedang membaca blog ini pernah merasakan bagaimana rasanya ditolak oleh seorang calon pendamping hidupnya? Atau ditolak sama pacar? Nah ternyata, si Kang Asep juga pernah merasakan hal itu sekali. Dan rasanya itu tidak bisa dilukiskan bagaimana, mungkin lebih sakit daripada rasa sakit gigi yang berlubang, atau bahkan lebih sakit daripada tangan yang terkena silet hingga berdarah. Tapi tanggal 10 ini rasanya lama. Bahkan perasaan ingin segera hari esok itu rasanya lebi-lebih seperti seseorang yang sedang kebelet untuk buang air besar. Kira-kira netizen bisa membayangkan kan? Tapi ya sudahlah, pokonya si Kang Asep sekarang hanya bisa berdoa saja semoga besok nerima SMS yang isinya diterima, jadi tidak galau lagi seperti hari ini. Wah, jadinya curhat deh. #ehh


Hayu ah urang dilajengkeun, kalau dalam bahasa inggrisnya Let’s get the ball rolling,

Ceritanya hari Rabu ini, Kang Asep sudah bersiap-siap sejak pukul 05.30. Dia sudah lengkap semuanya dengan menggunakan baju koko lengan pendek berwarna abu-abu dengan corak garis-garis padat. Tidak lupa juga sarung kesayangannya yang berwarna merah tua kotak-kotak, dan tutup kepala rajutan berwarna putih. Meskipun niatnya mau pergi ke masjid, si Kang Asep ini tidak pernah lupa untuk menggunakan jam tangan warna putih yang nempel di lengan kirinya, entah karena harganya yang mahal atau karena merk nya yang bagus, pokonya jam itu tidak pernah lepas dari tangannya, sampai-sampai kalau tidak menggunakan jam, kulit putih kaya orang Eropa-nya terlihat melingkar.

Dengan jarak yang hanya sekitar 500 meter dari kosan Kang Asep yang berlokasi di Jalan Kaliurang, Blok C, Karangwuni, (dekat kampus Universitas Gadjah Mada), ia kemudian berjalan dengan menggunakan sandal berwarna hitam yang usianya sudah menginjak hamper dua tahun semenjak ia beli.

Setibanya di Masjid, langsung kang Asep duduk di barisan kedua, karena ia sangat excited atau penasaran banget sama pelaksanaan shalat yang baru pertama kali ia laksanakan berjamaah namun gerakannya sangat berbeda. Pada awalnya, ia ingin masuk dibarisan pertama, tapi ternyata ga jadi, si Kang Asep malah kembali ke barisan kedua, dengan alasan supaya dapat memperhatikan Khatib untuk ceramah.

Ya, memang hari ini adalah hari bersejarah di negaranya Kang Asep, yaitu Indonesia. Ada sebuah peristiwa yang sangat langka yang mungkin ini hanya terjadi sekali dalam hidupnya. Keadaan ini telah membuat sebagian wilayah Indonesia menjadi benar-benar gelap gulita seperti layaknya malam hari. Mungkin para netizen sudah tau, bahwa 9 Maret 2016 adalah sebuah peristiwa Gerhana Matahari total. Jika melihat sejarahnya, ternyata gerhana matahari total di Indonesia ini sudah terjadi sebayak empat kali, dan tahun ini adalah peristiwa yang ke lima kalinya. Katanya majalah Tempo yang merupakan majalah paporit (maklumin aja, di amah urang Sunda Aseli) nya kang Asep, pertama kali gerhana matahari total terjadi pada tahun 1901, kemudian berturut-turut pada tahun 1929, 1962, 1983, hingga saat ini 2016.

Kapan lagi atuh kang, gerhana matahari teh ada lagi?

Sebenarnya tidak ada penghitungan yang pasti kapan terjadinya gerhana matahari, karena lintasan bulan yang mengorbit ke matahari dengan cara eliptik, sehingga sangat sulit untuk diprediksi kapan lagi terjadinya gerhana ini. Namun kalau melihat orang-orang terdahulu, ternyata sejarah pencatatan siklus gerhana matahari itu sudah dimulai sejak era Babilonia sekitar 700 tahun sebelum Masehi. Mereka berasumsi bahwa posisi matahari, bumi dan bulan yang terjadi secara sejajar itu berada pada interval waktu yang sangat akurat. Namun hal itu tidak seperti Komet Halley yang sudah pasti terjadi setiap 76 tahun sekali. Hingga saat ini, barometer yang paling akurat yang digunakan untuk memprediksi kapan akan terjadi lagi gerhana matahari yaitu menggunakan teorinya siklus Saros dari Babilonia. Siklus tersebut mengatakan bahwa peluang terjadinya gerhana matahari adalah sekitar 18 tahun, 11 hari, dan 8 jam sekali. Namun proses terjadinya gerhana matahari total ini diprediksi akan terjadi kembali pada usia 54 tahun yang akan datang, menurut majalah tempo yang dibaca oleh Kang Asep.

……..

Karena ini adalah pengalaman pertama Kang Asep untuk mengikuti pelaksanaan Shalat gerhana matahari secara berjamaah, ada sesuatu hal yang berbeda terutama pada saat gerakannya. Menurut H. Aminudin Aziz, S.Si. yang merupakan imam dan khatib shalat sunah gerhana di Masjid Al-Huda, Karangwuni, pelaksanaan shalat gerhana ini gerakannya sangat berbeda. Dalam satu kali salam shalat sunah yang terdiri dari dua rakaat, shalat gerhana ini memiliki empat kali ruku. Jadi setelah ruku pertama di rakat pertama, para jamaah kembali berdiri dan membaca surat Al-fatihah dan surat-surat Al-Qur’an yang kemudian dilanjutkan ruku kedua dan sujud. Hal ini juga diterapkan pada saat pelaksanaan rakaat yang kedua, dimana terjadi dua kali ruku. Pak Ustadz mengatakan bahwa hukum shalat gerhana itu adalah Sunah Muakad, dimana sunah yang paling dianjurkan atau kalau menurut kebanyakan ulama bahwa sunah muakad itu sifatnya mendekati kepada wajib. Sehingga alangkah lebih baiknya apabila dilaksanakan, namun kalaupun tidak dilaksanakan tidak apa-apa. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi mengenai pelaksanaan shalat sunah gerhana ini sudah menyebar ke beberapa wilayah di Kota Yogyakarta, Pak ustadz mengatakan bahwa ia merasa sangat senang kalau masyarakat di sekitar jalan Kaliurang banyak yang melaksanakan shalat gerhana. Kang Asep juga mendengar suara Adzan yang menghiasi dini hari pada tanggal 9 Maret ini.

Setelah selesai pelaksanaan shalat gerhana, pak Ustadz Aminudin melanjutkan dengan khutbanya. Dia mengajak kepada masyarakat setempat untuk mulai meninggalkan kepercayaan-kepercayaan yang sifatnya musyrik sperti mitos-mitos terdahulu. Beliau mengatakan bahwa pada saat terjadi pelaksanaan Gerhana Matahari di Kota Yogyakarta ini tepatnya pada pukul 06.20 hingga 08.30 lebih baik masyarakat dianjurkan untuk memperbanyak shalawat, berdoa, bertasbih dan bersedekah. Karena hal itu merupakan amalan yang sangat baik dan akan mendapatkan pahala. Jangan sampai melakukan hal-hal seperti menabuh kentongan atau meledakan petasan yang dipercaya akan mengusir roh-roh jahat. Sehingga, beliau mengajak untuk dapat terus berbuat kebaikan pada saat pelaksanaan shalat gerhana ini.

……

Setelah pelaksanaan shalat gerhana matahari ini, kang Asep merasa sangat senang karena benar-benar mendapatkan pengetahuan baru hari ini. Saking serunya ceramah tadi, ia sampai lupa mengenai apa yang ditunggu-tunggu hari esok.

Kalau menurut si Kang Asep, mengetahui mitos-mitos mistis yang terjadi pada jaman terdahulu juga sangat seru untuk dipelajari karena akan menambah pengetahuan dan pehaman kita. Jadi si Kang Asep ini memang suka banget membaca Majalah Tempo, pas kebetulan ada yang membahas mengenai mitos gerhana matahari.

Ternyata, kisah gerhana matahari itu sudah tercantum dalam sebuah kitab bernama Tantu Panggelaran (Saka, 1577). Dalam kitab itu disebutkan ada sebuah tempat air keabadian yang siapapun meminum air itu, maka ia akan hidup kekal selamanya. Tidak ada yang bisa membunuh dia. Air itu tersimpan dalam sebuah kendi bernana tatwamerta simbawa. Pokonya kendi itu dijaga secara rahasia. Namun suatu hari kendi air keabadian itu sempat hilang entah kemana, kepercayaan orang-orang terdahulu mengatakan bahwa kendi itu dicuri oleh 2 raksasa yang sangat jahat. Posisi saat ini kendinya sudah ditemukan dan dijaga oleh para dewa.

Suatu hari, para dewa sedang melaksanakan sebuah pesta untuk meminum keabadian itu. Mungkin para dewa itu ingin hidupnya abdi, sehingga semuanya meminum air keabadian yang berada di kendi itu. Pesta itu disaksikan langsung oleh Batara Prameswara, ia memiliki jabatan lebih tinggi daripada para para dewa.

Celakanya, ditengah-tengah pesta tersebut, ada satu orang raksasa yang bernama Rahu ikut dalam pesta minum air keabadian itu. Karena ia juga ingin hidupnya abadi, sehingga ikut menyelusup dalam pesta yang sangat megah dan mewah itu. Kedatangan raksasa rahu diketahui oleh Sang Hyang Raditya (dewa matahari) dan Sang Hyang Chandra (dewa bulan) yang mereka berdua secara langsung melaporkan kepada dewa wisnu.

Dewa Wisu langsung menindaklanjuti karena ia merasa sangat kesal terhadap kedatangan tamu yang tidak diundang itu, dewa wisnu mengatakan bahwa mengapa ada raksasa yang sangat berani masuk kedalam pesta minum air keabadian itu? Langsung dia mengambil cakra dan melemparkan ke raksasa rahu hingga mengena ke lehernya dan putus dari badannya. Namun sayangnya, Rahu sudah meminum seteguk air keabadian itu, meskipun belum sampai ke badannya itu air. Karena sudah meminum, akhirnya kepalanya rahu menjadi abadi dan tidak akan pernah mati.

Konon Katanya, rahu merasa sangat marah kepada Dewa Matahari dan Dewa Bulan, sehingga ia selalu ingin balas dendam dengan menggunakan kepalanya untuk memakan kedua dewa itu. Asal muasal mitos batara kala (mahluk raksasa yang dipercaya bertanggung jawab atas hilangnya matahari karena dimakan olehnya) yang dipercaya oleh masyarakat Jawa pada jaman dulu adalah raksasa rahu.

Kalau jalan-jalan ke Palembang, masyarakat tiongkok kota itu pada jaman dulu berasumsi bahwa gerhana matahari adalah proses dimakannya matahari oleh sebuah naga yang sangat besar sebagai bukti kemarahannya terhadap manusia. Sehingga orang-orang percaya bahwa untuk meredam kemarahannya itu, mereka harus menyalakan petasan dan menabuh kentongan.

…..

Ternyata setelah ditelusuri secara mendalam oleh Kang Asep, sangat seru juga yah kalau mempelajari cerita-cerita dan mitos-mitos yang terjadi pada jaman terdahulu. Makanya, kang Asep mengajak kepada para netizen yang sedang setia membaca blog dan update catatan kang Asep ini untuk terus menelusuri kisah-kisah cerita rakyat yang terjadi di daerah masing-masing.

….

Namun kisah anak remaja yang terjadi saat ini, khususnya mereka yang sedang bergalau ria karena lokasi tempat tinggal mereka berjauhan dengan pasangannya mengaitkan gerhana matahari ini sebagai sebuah simbol Long distance relationship, dimana saat bertemunya gerhana matahari merupakan momen yang sangat romantis yang sangat langka. Sehingga telah muncul ilustrasi-ilustrasi yang mengambarkan matahari dan neng –ulan sebagai simbol yang sangat lucu. Namun hal ini sifatnya hanya hiburan saja.

Ilustrasi LDR ala gerhana.
Sumber: Instagram Dagelan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar