Episode 1
Oleh
Asep Rudi Casmana
Hari
ini adalah bulan kedua saya berada di sebuah kota yang menyimpan banyak sejarah
Indonesia. Konon katanya kota dini dinamakan sebuah kota pelajar atau kota
pendidikan, tentunya sebagai sebuah tempat yang banyak menyimpan ilmu, meskipun
dalam waktu yang singkat, saya tidak mau menyianyiakan hal itu. Saya tidak mau
tinggal di kota ini hanya karna menghabiskan uang untuk menikmati keidahan
kotanya saja, tapi tentunya saya juga ingin mencerna banyak ilmu yang dapat
saya ceritakan untuk murid-murid saya nanti di kelas.
Sebagai
seorang guru, tentunya saya sangat suka bercerita dan bercanda dengan para
murid. Namun tantangan terbesar saya adalah isi konten cerita atau dongeng itu
sendiri, tentu saja kalau mengajar di SMA, saya harus punya stok cerita yang
banyak dan menarik yang dapat disampaikan kepada murid-murid itu. Alhasil, di
Yogyakarta ini saya berusaha mengkonsumsi banyak tulisan dan artikel yang dapat
saya ceritakan kepada murid-murud nanti.
Diatas
saya katakana bahwa Yogyakarta ini merupakan Kota transit. Saya katakan begitu
karna ini merupakan tempat peralihan dan persinggahan untuk sementara waktu
sambil menunggu hal yang akan dapat merubah kehidupan dan pola pikir saya di
masa depan. Didalam tulisan ini mungkin saya akan merahasiakan apa yang saya
tunggu di karena hal itu belum pasti. Pengumumannya akan disampaikan pada
tanggal 10 Maret 2016 atau tepatnya empat hari lagi dari dari dibuatnya tulisan
ini. Pokonya tungguin aja ya, nanti setelah ada hasilnya, saya akan tulis semua
pengalaman yang telah saya lakukan hingga dapat tercapainya itu. Sekarang saya
mohon doa nya, supaya hari kamis ini saya memperoleh sesuatu yang saya
inginkan, sehingga jadi tambah semangat lagi untuk menulis isi blognya.
Baiklah,
sekarang saya akan memulai kenapa saya pindah ke Yogyakarta. Jadi sebenarnya,
saya tidak ada rencana sama sekali untuk pindah atau tinggal di Yogyakarta.
Sebelum hijrah ke tempat ini, saya tinggal di Pare, Kampung Inggris selama
kurang lebih tiga belas bulan (teman teman saya yang pas saya pergi baru nikah,
sekarang sudah melahirkan anak loh) #hehe. Disana ya saya belajar bahasa
Inggris, speaking-speaking, reading, listening, writing, pokonya ya saya ingin
mahir lah biar ngomongnya kaya bule. Meskipun guru Pendidikan Kewarganegaraan,
tapi penting juga untuk mahir dalam bahasa Inggris karena hal itu dapat menambah
nilai jual kita sebgai seorang guru. Kita kan engga tau langkah kita ke depan
akan seperti apa, sapa tau beberapa tahun ke depan ada guru-guru dari negara lain
yang ingin tau bagaimana implementasi proses pembelajaran PKn di Indonesia,
karena mereka sangat penasaran, otomatis kita harus menyampaikannya dong. Dan
karna bahasa Inggris itu adalah bahasa Internasional, jadi kita harus mahir
bahasa inggris lah. Jadi jalan-jalan deh ke luar negeri. Sebenarnya yang
barusan hanya pengandaian aja, intinya saya ingin bisa ngomong pakai bahasa
Inggris aja.
Ketika
di Pare sana, saya dipertemukan dengan orang-orang yang sangat hebat dan mahir
berbahasa Inggris. Pare ini selain memberikan pembelajaran tentang bahasa
Inggris, mungkin karena saya kelamaan disana, tempat ini juga banyak memberikan
saya tentang ilmu kehidupan, jaringan, berkawan, memahami budaya lain, dan
tentunya yang kita katakana sebagai cultural
understanding. Saya banyak belajar dari mereka, tentang berperilaku,
bagaimana menghormati pedapat orang lain dan yang lain sebagainya. Saking
terlalu banyaknya saya ga bisa nyebutin ilmu yang saya dapat di pare ini.
Over the course of learning process, (salah satu klausa hasil belajar di pare tuh) #hehe saya dipertemukan dengan kawan seperjalanan yang telah memberikan ilmu dan sharing tentang kehidupan. Tapi saya tidak bisa menyebutkan nama orangnya, soalnya pas lagi nulis blog ini saya belum konfirmasi ke dia, dan kalau harus kirim pesan dulu nanti publikasi blog ini kelamamaan. Tapi mungkin nanti di episode tulisan yang lain, apabila dia menyetujuinya akan saya sebutkan namanya. Intinya dia adalah orang yang berasal dari wilayah sebelah barat pulau Jawa.
Sebetulnya
rencana yang akan pindah ke Yogyakarta ini adalah rencananya sabahat saya itu,
dan kami mau sama sama pindah ke Yogyakarta untuk mencari ilmu dan diskusi
mengenai pencapaian dan target berikutnya, karena pada dasarkan kami memiliki
visi dan misi yang sama untuk membangun Indonesia supaya masa depan yang lebih
baik (terlalu hiperbola ya?) #hehe.
Namun
ternyata, diujung tanduk bulan januari kemarin, ada sesuatu hal yang mengharuskan
kawan saya itu untuk pulang ke kampung halamannya. Sehingga pada akhirnya dia
pulanglah, dan saya sendirian terdampar di sebuah kota Pendidikan yang sangat
luar biasa ini. Alih-alih, saat ini saya dapat bertahan meskipun ini adalah
sebuah transit.
Namun
tentu saja saya sangat bersyukur bisa tinggal di Kota ini, tanpa saran dari
kawan saya itu, saya mungkin tidak akan pernah bisa untuk tinggal disini, bisa
menikmati kelezatan buku-buku dan makanan di Yogyakarta ini dan yang lainnya.
Sehingga saya memanfaatkan suatu hal yang sangat bermanfaat. Semenjak tinggal
di Yogyakarta dari bulan Januari lalu, ada banyak hal yang sudah saya lakukan.
Pertama
adalah saya mempersiapakan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mencapai
cita-cita masa depan bangsa Indoneisa. Seperti yang tadi saya sebutkan diatas,
di Yogya ini saya sedang mempersiapkan sesuatu. Ibarat anak panah yang akan
dilepaskan dari busurnya, saya sedang menarik anak panahnya ke belakang dan
berusaha supaya panahnya itu mencapai sasaran. Dan pada saat tulisan ini di
buat, mungkin panahnya masih dalam perjalanan, jadi kamis tanggal 10 Maret
mungkin panahnya akan sampai atau tidak ke tempat yang dituju. Nanti ada edisi
khusus yang membahas bagaimana saya menarik anak panah itu. Sabar ya!
Kedua
adalah membaca buku, meskipun saya sudah selesai sekolah, tapi saya merasa
bahwa ilmu yang saya dapatkan sangatlah sedidit. Sehingga setiap hari saya
selalu membaca buku. Buku yang lagi saya baca sekarang adalah “how to read a book” karangan Mortimer J
Adler dan Charles Van Doren. Mungkin kayanya lucu kali ya, bagaimana cara
membaca buku? Tapi ya memang benar, saya ingin tau bagaimana caranya membaca
buku yang benar, karena untuk mewujudkan cita-cita masa depan saya itu saya
harus banyak membaca buku.
Dan
yang ketiga adalah Blogging. Udah
lama saya ga nengok blog ini, kasian banget pas liat postingannya tahun 2015
kosong sama sekali ga ada post satupun. Padahal saya tiap hari nulis, namun ga
sempet diposting ke blog ini. Cuma nulisnya pake bahasa inggris dan daya
publikasikannya di tempat lain. Nanti ada saatnya saya mau liatin karya bahasa
inggri saya dari hasil proses pembelajaran selam satu tahun di pare ya. Pokonya
tetap pantengin terus blog ini. Insya Allah setiap hari apa yang saya lihat
akan saya upoad ke blog ini tentunya dengan deskripsi yang bagus.
Dan
yang terakhir tentu saja saya juga ingin menikmati makanan-makanan dan tempat
wisata di Yogyakarta. Saya orangnya hobi travelling, sehingga ini adalah salah
satu misi saya. Namun tidak banyak, mungkin proporsinya hanya 10 persen saja.
Tapi saat ini saya belum berkunjung kemana mana, Cuma jalan-jalan pakai motor saja
muter-muter kota Yogya. Nanti ada juga edisi khusus yang akan saya posting
mengenai tempat tujuan saya nanti, termasuk melihat gerhana matari total.
Ya
intinya saya katakana Yogyakarta sebagai kota transit itu karena aktivitas saya
hanyalah itu, berusaha mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya dan ditransfer
kepada orang lain. Disini saya juga ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada
sahabat saaya itu yang sebanyak-banyaknya, karena kalau bukan atas saran dia
mungkin saya tidak tau akan terdampar dimana. Alahamdulillah, saya dapat
memanfaatkan perjalanan kehidupan transit ini dengan baik.
Mungkin
saya tidak akan lama tinggal di Yogyakarta ini, hal yang akan menentukan kemana
kota pijakan saya selanjutnya adalah 10 Maret. Entah kemana Allah akan
membawanya, saya juga tidak tahu. Semoga kabar gembira akan saya dapatkan dan
saya akan tulis semuanya.
Cukup
sekian dulu ya. Nanti kita lanjutkan lagi di sesi berikutnya,
#10Maret2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar