I'm Asep Rudi Casmana: Transjakarta itu guruku

WILUJEUNG SUMPING DINA SERATAN KANG ASEP


Jumat, 02 September 2016

Transjakarta itu guruku

Oleh Asep Rudi Casmana

Dalam suasana yang sangat dingin di dalam bus transjakarta, Kang Dadang duduk di tengah-tengah bis yang berasal dari Kampung Melayu menuju Ancol, tujuannya adalah berhenti di halte mangga dua. keinginanya hanya satu, yaitu membeli sesuatu yang hanya ada di pasar mangga dua. Biasanya kang dadang tidak pernah berbicara atau sangat enggan dalam ngobrol dengan seseorang yang ada didalam bis, karena dulu si akang ini pernah tertipu oleh seseorang yang ia anggap baik di bis. Dia hanya fokus dengan buku yang dipegang dan dibaca. Lembar demi lembar ia lalui, hingga ada seseorang duduk disampingnya.

Mungkin usianya sudah menginjak kepala lima, karena rambutnya pun sudah mulai beruban. Laki-laki itu menggunakan kemeja lengan pendek dan menggenakan kacamata. Sepeti biasa kang dadang tidak peduli siapapun itu yang duduk disampingnya. Ditengah-tengah asiknya membaca buku yang baru dibeli kang Dadang di toko buku besar di Bandung, tiba-tiba seseorang yang duduk disampingnya menanyakan mengenai seputar perkuliahannya.

“Kamu masih kuliah atau sudah kerja de?” ucap seorang laki-laki tersebut.
“Oh iya pak, saya sudah lulus kuliah dua tahun yang lalu di Kampus Rawamangun pak,” jawab saya tanpa bertanya apa-apa lagi.

Kemudian ia melanjutkan bahwa ia juga punya anak yang sedang kuliah di jurusan manajemen di Jakarta. Ia sangat bangga dan senang terhadap anaknya karena bisa lanjut sekolah. Karena ia banyak berbicara mengenai perkuliahan, akhirnya kang dadang berhenti membaca buku dan fokus pada apa yang disampaikan oleh orang yang duduk disampingnya itu.

Tiba-tiba kang Dadang teringat kepada salah satu teori yang disampaikan oleh David J Schwartz mengenai pikiran positif terhadap orang lain. David mengatakan bahwa setiap orang itu sangat ingin berbicara dan mengeksplor dirinya sendiri. Orang juga akan mudah diketahui siapa dirinya apabila ia banyak berbicara dan bercerita. Singkatnya apabila kita ingin mengetahui siapa orang itu dan mengambil banyak pelajaran, maka banyaklah bertanya.

Kang Dadang lalu benar-benar fokus dan ingin menguji kebenaran teori itu, akhirnya ia banyak bertanya. Tujuan dari bapak itu adalah ke Pasar Senen karena ia ingin mengurus bisnis dagangan dia. Kang Dadang tambah penasaran mengenai bisnis apa yang sedang dijalankan. Ternyata ia bercerita bahwa bapak itu adalah seorang supplier, dia memasok buah-buahan ke beberapa hotel ternama di Jakarta. Ia juga bercerita bahwa hingga saat ini, sudah ada tujuh hotel yang disuppply olehnya setiap hari kecuali hari-hari libur.

Untuk mengerjakan hal itu, setiap malam ia harus belanja ke beberapa pasar untuk mengambil buah-buahan yang dibutuhkan oleh hotel, kemudian siang harinya ia mengirimkan ke tujuh hotel. Ini adalah salah satu peluang bisnis yang sangat hebar. Namun ada satu hal yang membuat Kang Dadang kagum dengan nasihatnya adalah bahwa “orang pintar dan berilmu akan selalu menemukan jalan untuk hidup dan menghidupi keluarganya” oleh sebab itu ia adalah salah satu orang yang sangat peduli terhadap pendidikan. Ia percaya bahwa dengan memiliki kualifikasi pendidikan tinggi, seseorang tidak akan kesulitan hidup dimasa depannya.

Selain itu, orang yang berpendidikan juga dapat membantu menghidupi orang lain karena pada prinsipnya orang sukses itu akan selalu membutuhkan orang lain untuk dapat mendukung usaha yang akan ia lakukan. Contohnya adalah salah satu pekerja dia, kang dadang sangat kagum bahwa untuk mengerjakan usahanya itu, ia hanya membutuhkan tujuh orang saja. Salah satu karyawannya adalah mantan satpam di salah satu bank swasta di Jakarta. Sekarang satpam itu sudah sukses dalam artian dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang lebih dari cukup karena usahanya itu.

Dari penjelasannya itu kang dadang dapat mengambil pelajaran bahwa jika orang pandai dan berilmu, ia akan dapat berfikir untuk menyelesaikan permasalahan hidupnya termasuk masalah fianansial. Oleh sebab itu, dukunglah generasi masa depan dengan menyekolahkan dia hingga mencapai jenjang pendidikan tinggi.

NB:

Belajar itu tidak harus dari kelas, kehidupan sekitar pun dapat memberikan sebuah pelajaran apabila kita mengambil hikmah dari pernyataan dan nasehat setiap orang, oleh sebab itu jadilah seseorang yang seperti gelas kosong yang siap menerima air dari orang lain. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar