I'm Asep Rudi Casmana: Ketika “Pete” Indonesia dimakan orang Yunani

WILUJEUNG SUMPING DINA SERATAN KANG ASEP


Selasa, 13 September 2016

Ketika “Pete” Indonesia dimakan orang Yunani

Oleh Asep Rudi Casmana

Panorama Inggris
Episode 2

What kind of this food?” sambil duduk di meja makan yang besar dan memegang buah pete, lalu tiba tiba dia mengunyahnya hingga habis.

This food called pete, but I don’t know what it is in English” dengan semangat dan sumringah aku berusaha menjelaskan buah pete dan pertumbuhan penyebarannya di Indonesia.

Alright, this seems good, I like it” dengan mukanya yang senyum sambil menikmati pete yang baru saja dia makan.

However, If you consume this food too much, your breath will be so smell when you talk to someone” sambil ketawa aku menyampaikan hal ini kepada abrar (bukan nama asli) orang Yunani ini.

Suasana kehangatan makan malam kami menjadi lebih nikmat ketika aku berbagi makanan ternikmat di Indonesia ini kepada temanku orang Yunani. Aku tinggal di sebuah rumah sederhana di Kota York, rumahku ini bisa dikatakan kos kosan kalau di Indonesia, namun isinya sangat beragam. Didalam rumah ini kawan kost ku ada mahasiswa Yunani, Iran dan yang lainnya. Aku sengaja memilih tempat kost yang suasananya internasional, bukan berarti aku tidak mau kenal sama orang Indonesia di York, tapi aku ingin belajar cara pergaulan internasional dan memperkenalkan budaya-budaya Indonesia melalui cara-cara sederhana ini.

Aku sudah bulatkan tekad bahwa selain belajar dan menuntut ilmu di York, aku akan menjadi seorang duta Indonesia dan islam. Aku sadar bahwa disini orang mulim dan Indonesia menjadi sangat minoritas, jumlah orang Indonesia di York sangat sedikit, tidak lebih dari 40 orang yang tersebar disetiap pelosok kota York. Meskipun sedikit dan minoritas, aku sangat senang sekali bisa berkenalan dengan banyak orang Eropa disini. Dan itu adalah misi aku di Inggris, menjadi duta Indonesia dan islam. Aku berusaha menunjukan nilai-nilai ke Indonesiaan dan keislaman, tidak hanya dalam berperilaku, tetapi juga dalam hal makanan.

Sehari sebelum keberangkatan ke Inggris, aku seempatkan untuk membeli dua makanan ternikmat di Indonesia yaitu pete dan jengkol serta beberapa bumbu asli Indonesia sebagai senjata selama beberapa hari di Inggris. Aku sudah bertekad dari awal bahwa aku ingin memperkenalkan budaya-budaya Indonesia yang salah satunya adalah makan pete dan Jengkol. Bagiku, kedua makanan itu sangat nikmat, yang penting cukup ada pete, jengkol dan sambel terasi, makan apapun akan terasa sangat nikmat. Namun sayangnya bagasi Garuda hanya membatasi maksimal 30 KG, sehingga aku tidak dapat membawa makanan banyak di bagasinya, beruntung pete dapat aku bawa ke Inggris.
Bumbu dapur khas Indonesia dan pete Subang

Ketika anak-anak muda mulai meninggalkan pete dan jengkol atau bahkan gengsi dengan kedua makanan itu, aku bahkan merasa bangga bahwa kedua makanan itu disukai orang Eropa yang salah satunya adalah temanku dari Yunani ini. Mungkin jika kita ekspansi pete dan jengkol ke Eropa, ini akan menjadi sebuah bisnis yang sangat besar, karena setau saya pohon ini banyak tumbuh di Indonesia.

Aku juga teringat pesan dari bapak Lukmanul Hakim, seorang kepala divisi keuangan dan akuntansi LPDP pada saat acara persiapan keberangkatan. Ia mengatakan bahwa kalian (penerima beasiswa lpdp) adalah seorang duta Indonesia, perkenalkan Indonesia sebanyak-banyaknya kepada mahasiswa Internasional. Buat mereka tertarik untuk mempelajari Indonesia. Sehingga itu membuat aku menjadi tambah bersemangat untuk menjadi duta muda Indonesia.

Berbicara mengenai makanan, memang untuk sekolah di Inggris ini kemampuan untuk memasak sangat diuji. Bagi siapapun yang memiliki rencana untuk kuliah di Inggris, baik laki-laki maupun perempuan wajib bisa memasak. Keadaan di sini sangat jauh berbeda dengan Indonesia yang ketika keluar rumah kanan-kiri langsung ada warteg atau burjo. Disini, tempat makannya adalah restaurant yang sangat mahal dan lokasinya jauh di city center. Apabila kita tidak dapat memasak, maka hal itu akan membuat hidup terasa berat dan kesulitan untu makan. Beruntung aku dapat memasak mulai dari makanan yang biasa hingga makanan yang ternikmat (versi diri sendiri), sehingga aku tinggal datang ke Aldi supermarket untuk belanja makanan keperluan dasar, dan tinggal memasaknya di dapur. Aku sangat senang karena rumah ini memiliki dapur dengan fasilitas yang sangat modern, seperti kompor listrik, penyedot asap, kulkas, microwave, mesin cuci, mesin pengering pakaian dan yang lainnya, ini adalah rumah yang firnished.

Dengan mimiliki sedikit banyak memapuan memasak, apapun menjadi nikmat, dan kita dapat mempromosikan makanan Indonesia ke kancah Internasional. Harapannya setelah mereka makan masakan kita, mereka akan tertarik dan berkunjung ke negara terbesar di Asia tenggara ni.

Aku juga bersyukur bisa berada di lokasi yang sedikit populasi Indonesia dan muslimnya, sehingga disini aku benar-benar merasakan hidup menjadi kaum minoritas.  Banyak hal yang dapat kupelajari dari kehidupan minoritas ini, meskipun baru beberapa hari tinggal disni. Namun aku sangat senang karena mereka tidak pernah membeda-bedakan orang dari mana asalnya dan agamanya, apalagi mengatakan seseorang bahwa ia adalah kafir. Mereka benar-benar menjungjung tinggi nilai kemanusiaan, dan menghargai persamaan. Ada yang sangat hitam, sawo matang, sangat putih, semuanya ada di kosan aku yang sekarang ini. Aku merasa hidup menjadi lebih berarti ketika dapat bersanding dan bergaul dalam suasana internasional tanpa melihat darimana kita asalnya.

Suasana dinner kami menjadi lebih hangat, meskipun cuaca diluar rumah mencapai 16 drajat. Bagi aku ukuran cuaca segitu sudah sangat dingin. Namun karena keceriaan dan keberaganagn dan kehangatak didalam rumah, semuanya terasa sangat nyaman dan hangat. Aku benar-benar merasakan kehidupan dan keluarga baru dengan bertemunya orang Iran dan Yunani ini. Ini sesuai dengan pernyataan Imam Syafi’I yang mengatakan bahwa salah satu hikmah merantau, kita akan dipertemukan dengan kawan dan keluarga yang baru, dan aku benar-benar merasakan hal itu. Jangan takut untuk pergi keluar rumah, jangan takut untuk pergi merantau, jangan takut jauh dari keluarga. Karena aku telah membuktikan untuk belajar yang sangat jauh ke negeri Inggris yang perbedaan waktunya lebih dari 6 jam dengan Indonesia. So far, aku merasa sangat enjoy dan nyaman dengan kehidupan internasional ini.


Semoga yang membaca tulisanku ini dapat merasakan apa yang aku rasakan saat ini. Amin. 
Ini meja makan tempat kami berkumpul makan malam satu kosan

Ini kompor listrik dan mesin penyedot asap

Pete yang sangat nikmat

Link:
Episode 1 Sepucuk Surat dari Manchester
Episode 2 Ketika pete Indonesia dimakan orang Yunani
Episode 3 Indahnya Sholat Idul Adha di Inggris
Episode 4 Ramahnya orang Yorkshire, Inggris
Episode 5 Gimana kehidupan mahasiswa S2 di Inggris?
Episode 6 Satu menit yang berharga
Episode 7 Tips membaca jurnal internasional
Episode 8 Tips presentasi dalam bahasa Inggris

4 komentar:

  1. Masak?? Musti bawa istri kykx nih, hhhaaa...:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, itu lebih baik bro, isteri yang masakin semuanya. tapi kalau kaya aku belum ada isteri gimane? hahaha

      Hapus