I'm Asep Rudi Casmana: Indahnya Sholat Idul Adha di Inggris

WILUJEUNG SUMPING DINA SERATAN KANG ASEP


Rabu, 14 September 2016

Indahnya Sholat Idul Adha di Inggris

Oleh Asep Rudi Casmana
Panorama Inggris
Episode 3

Dear Asep, I will pick you up at about 07.30 for going to the mosque. We will pray together, therefore you should be ready in front of the house” sebuah pesan yang sangat membuat saya kaget tiba-tiba masuk ke inbox ini.

Ditengah-tengah kebingungan mengenai dimana lokasi masjid untuk melaksanakan ibadah sholat idul Adha, aku merasa sangat senang karena mendapatkan pesan dari seseorang bahwa ia akan menjemputku untuk sholat berjamaah di masjid pusat kota. Dan ternyata pesan itu datang dari yang punya kost ku di Inggris. Aku merasa sangat beruntung karena memiliki landlord seorang muslim dan ia sangat baik. Di Inggris, khususnya di kota York, pelaksanaan Ibadah sholat Idul adha dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB (di Indonesia ini sekitar pukul 14.00). Meskipun sholat sendiri dan jauh dari keluarga dan baru satu hari mengenai landlord, kami sudah merasa ada ikatan khusus selayaknya keluarga. Aku sungguh sangat beruntung.

Sebenarnya ini bukan kali pertamanya aku melaksanakan ibadah sholat Idul adha tidak bersama keluarga, tahun lalu aku melaksanakan sholat ini di Pare, karena alasan belajar bahasa Inggris, beberapa tahun kebelakang juga aku lebih sering melaksanakan sholat Idul Adha di Jakarta. Hal ini bukan berarti aku tidak mau berkumpul bareng bersama keluarga, namun aku ingin mencari suasana dan pembelajaran yang baru dimana aku tinggal sekarang. Seperti yang diungkapkan oleh Imam Syafe’I mengenai merantau, ia bilang bahwa dengan merantau, kita akan mendapatkan pengganti keluarga dan kerabat yang ditingalkan ditempat perantauan. Dan ternyata itu benar, aku sudah membuktikannya. Disini, meskipun sangat jauh, yang jaraknya kira-kira 13.000 mil, aku merasa menemukan sebuah kehidupan baru dan kehangatan ibadah sholat Idul adha.


hei Asep, come on, just come in my car” Dengan bahasa inggris dialek pakistannya dia memangilku.

Oh ya, thank you. I’ll be there” dengan senyum aku membalasnya.

Akupun langsung berjalan menuju mobilnya. Ternyata dia berangkat bersama anak laki-lakinya yang sekarang sedang duduk di bangku SMP. Dia izin untuk tidak masuk sekolah pada hari ini dengan alasan untuk melaksanakan ibadah sholat Idul Adha. Di Inggris memang pelaksanaan ibadah hari raya Idul Adha tidak masuk kedalam agenda libur nasional, sehingga semua aktivitas pada hari itu tetap berjalan. Kalaupun mau izin itu harus dari jauh-jauh hari. Beruntungnya anak laki-laki dari dari landlord-ku dapat izin tdak masuk sehingga dia dapat melaksanakan ibadah sholat Idul Adha. Mobil itu lalu membawa kami menuju masjid pusat kota di York. Ternyata, pusat kota ini hanya dapat ditempuh tidak lebih dari sepuluh menit, sehingga hal itu sangat dekat dengan rumah tempat tinggalku.

Aku sengaja untuk berangkat ke York lebih awal. Salah satu tujuannya adalah ingin merasakan kehangatakn sholat Idul Adha di negeri sebrang. Dan ternyata, disana aku menemukan suatu kehangatan. Indahnya hidup minoritas itu adalah ketika kita bertemu sesama saudara muslim dari berbagai negara. Ketika aku masuk ke area masjid, orang-orang yang bersal dari timur tengah langsung berburu untuk salam-salaman dambil mengatakan “Hi, nice to meet you”. Dan berkali-kali pula aku mengatakan “Hi, yeah, nice to meet you too, I am Asep from Indonesia”.

Ada beberapa hal yang membuat aku sangat heran hingga mengerutkan jidat ketika aku melaksanakan Inadah sholat Idul Adha disini. Pertama, ketika melaksanakan sholat, aku menjadi merasa kaum minoritas karena duduk tahiat akhirku berbeda dengan kebanyakan orang. Layaknya orang muslim Indonesia yang duduk tahiat akhir, mayoritas muslim di Inggris duduk tahiat akhir itu sama seperti duduk tahiat awal. Namun meskipun demikian, mereka tidak pernah mempermasalahkan perbedaan tersebut. Justru hal itu dapat menimbulkan sikap toleransi dan pengertian satu sama lain. Meskipun dalam hal pelaksanaan sholat kami berbeda pada salah satu gerakannya, hal itu tidak mengurangi esesni ibadah dan kehangatan iktan batin keluarga muslim. Di Inggris. Sejauh ini, aku merasa sangat senang ketika melaksanakan Ibadah disana.

Yang kedua, ada perbedaan budaya ketika bersalam-salaman setelah melaksanakan Ibadah sholat Idul Adha. Biasanya, di daerah subang, Jawa Barat, kami langsung berdiri sesuai dengan barisannya masing masing. Lalu orang yang berdiri paling depan pojok sebelah kiri langsung berjalan ke kanan untu bersalam-salaman. Hal ini berlanjut untuk terus mengular hingga akhir. Sehingga semuanya akan kebagian bersalam-salaman. Kalaupun setelah salam-salaman mau cium pipi kanan dan kiri (cipika cipiki), itu cukup satu kali saja dan sangat jarang. Namun di Inggris, setelah semuanya selesai, orang-orang langsung berdiri dan bersalam-salaman dengan siapa saja yang ada didekatnya. Namun perbedaanya adalah semua orang disini (khususnya laki-laki) selalu cipika-cipili tiga kali. Pertama biasanya kami bersalaman dulu, kemudian pipi kanan bertemu, pipi kiri bertemu, lalu pipi kanan ketemu lagi dan terakhir dilanjutkan dengan bersalaman lagi. Sehingga cipika-cipikinya tiga kali dan dua kali berjabat tangan. Hal itu terus menerus aku lakukan sambil mengatakan “Hallo, I Asep from Indonesia”. Hal itu menjadi sangat Indah karena aku mendapatkan pengalaman dan budaya yang baru mengenai indahnya keberagaman meskipun kami berbeda-beda. Para jamaah pun berasal dari negara yang berbeda-beda, terlihat dari warna kulitnya, mulai dari yang paling hitam hingga yang paling putih. Akupun berkenalan dengan jamaah dari Malaysia, Bangladesh, Pakistan, India, China dan yang lainnya.

Setelah selesai melaksanakan Ibadah sholat Idul Adha, saya langsung bertemu dengan PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Kota York. Orang Indonesia yang tinggal di York ini sangat sedikit, kami menjadi kaum yang sangat minoritas disini, karena memang York tidak begitu terkenal, namun sebenarnya di Inggris kota ini sangat terkenal dengan kota pariwisata. Aku sangat senang dapat bertemu dengan orang-orang hebat Indonesia di York, suasana kehangatan menjadi lebih terasa disini.


Berdasarkan hal itu, aku bersaumsi bahwa tinggal jauh dari orang tua meskipun hari raya tidak menjadi masalah. Hal itu malah menjadikan berkah, karena kita mendapatkan kawan baru dan keluarga baru dimanapun kita tingal. Ayo jangan takut merantau, jangan takut untuk keluar rumah, jangan takut untuk meninggalkan keluarga karena hal itu akan terbayarkan, sesuai dengan apa yang Imam Syafei katakana diatas. 

Sedang menunggu Lanlord di depan rumah sebelum berangkat ibadah sholat Idul Fitri

Rumah tempat tinggal

menunggu landlord

suasana setelah shalat Idul Adha

Selfie dalam mesjid

suasana kehangatan di dalam mesjid

Keluarga PPI York


Foto di depan mesjid York
Link:
Episode 1 Sepucuk Surat dari Manchester
Episode 2 Ketika pete Indonesia dimakan orang Yunani
Episode 3 Indahnya Sholat Idul Adha di Inggris
Episode 4 Ramahnya orang Yorkshire, Inggris
Episode 5 Gimana kehidupan mahasiswa S2 di Inggris?
Episode 6 Satu menit yang berharga
Episode 7 Tips membaca jurnal internasional
Episode 8 Tips presentasi dalam bahasa Inggris

5 komentar:

  1. Baca tulisan kaka bikin saya termotivasi 💪

    BalasHapus
  2. Baca tulisan kaka bikin saya termotivasi 💪

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sudah mampir ke website saya anna. Sukses untuk kamu juga yaa :)

      Hapus
  3. Nice share mas, eh... kang Asep (atau A' Asep?) :)
    Selamat datang di York. Semoga betah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh ada Mba Nina, wah makasi banyak udah mampir mba. Hehehe
      Apa saja boleh, :D

      Lagi belajar nulis ini mba. Hehe

      Hapus