I'm Asep Rudi Casmana: Gimana kehidupan mahasiswa S2 di Inggris?

WILUJEUNG SUMPING DINA SERATAN KANG ASEP


Jumat, 14 Oktober 2016

Gimana kehidupan mahasiswa S2 di Inggris?

Oleh Asep Rudi Casmana
Panorama Inggris


Episode 5

Pagi ini langit terlihat sangat mendung, dan perlahan air pun turun dari langit hingga membasahi kota York. Sebuah kebiasaan yang selalu aku lakukan adalah melihat perkiraan cuaca melalui telephon genggam. Cuara menunjukan tingkat kedinginanya adalah 5 drajat celcius. Ah, sudah biasa, akhir akhir ini sedang terjadi pergantian musim dari summer menuju Autumn. Sehingga cuacanya semakin mendingin, orang bilangnya bahwa titik terdinginnya antara bulan desember dan januari. Namun bagiku ini sudah cukup sangat dingin, karena ini sangat berbeda jauh dengan kehidupan cuacaku baik di Jakarta, Kediri maupun subang yang selalu menyentuh angka 30 derajat.

Seperti biasa, sarung tangan sudah siap, kain scraft sudah melilit di leher dan jaket tebal sudah terpakai. Tak lupa juga didalamnya ada dua lapis kaos sudah siap kupakai. Karena aku ada kuliah pagi, sehingga aku langsung mengendarai sepeda kerenku menuju kampus. Di Inggris, kelas terpagi biasanya dimulai pada pukul 09.00 dan berakhir pada pukul 18.00 sore hari.

Sistem perkuliahan di Inggris memang sungguh sangat berbeda dengan di Indonesia. Aku masih dalam proses adaptasi menuju budaya akademik yang sangat khas ini. Pada awalnya, aku agak kelabakan dan kesulitan mengikuti ritme gaya belajar yang sudah disusun oleh dosen-dosen di Inggris, namun perlahan aku dapat mengikutinya dengan baik.

Secara umum, kuliah master degree di Inggris dilaksanakan selama satu tahun atau tepat dua belas bulan. Namun ada juga beberapa jurusan yang memang mengharuskan dua tahun untuk kuliah. Kalau ditempatku, jurusan yang aku ambil adalah MA in Global and International Citizenship Education dilaksanakan selama dua belas bulan. Di Indonesia, istilah yang kita biasa dengar adalah semester dan satu tahun dibagi menjadi dua akademik semester. Sedangkan di Inggris, istilahnya adalah “Term” dan satu tahun terbagi menjadi 3 term. Biasanya dimulai pada bulan September hingga desember itu namanya Autumn Term, kemudian berikutnya Januari hingga April dinamakan Spring Term, dan terakhir Mei hingga Agustus dinamakan Summer term.
Jumlah kredit kuliah yang diambil untuk memperoleh gelar master degree di Inggris yaitu sebanyak 180 SKS, yang mana setiap mata kuliah atau disini istilahnya modul adalah 20 SKS. Pada Autumn term ini saya hanya mendapatkan tiga modul atau mata kuliah yang terdiri dua modul wajib dan satu modul pilihan. Karena saya mahasiswa internasional, ada tambahan kelas bahasa inggris 2 kali dalam seminggu. Sehingga total saya memiliki lima kali pertemuan. Selain itu, adalagi namanya seminar. Seminar disini bukan seminar seperti di Indonesia yang diikuti banyak peserta, namun seminar disini adalah kewajiban setiap minggu yang diikuti oleh kelompok kecil. Satu orang dosen maksimal Sembilan orang mahasiswa untuk seminar, sehingga diskusinya menjadi lebih nyaman.

Apa saja yang dilakukan di kelas? Dan apa yang membuat mahasiswa di Inggris sangat sibuk?

Jadi begini, di Inggris ini, sebelum masuk perkuliahan, dosen memberikan judul buku atau jurnal internasional yang WAJIB dibaca. Sebelum masuk kuliah, seluruh mahasiswa sangat sangat sangat diwajibkan membaca dulu buku-buku yang diberikan oleh dosen. Biasanya sekitar 3 sampai 10 buku yang wajib dibaca sebelum kuliah per mata kuliah. Selain buku, untuk persiapan seminar, biasanya kita bedah jurnal internasional, dimana kita benar-benar wajib membaca jurnal internasional.

Apa akibatnya kalau kita tidak membaca buku atau jurnal?
Akibatnya argumentasi kita di kelas sangat lemah dan kita tidak dapat mengikuti perkuliahan. Sebagai mahasiswa internasional, aku sangat menyadari bahwa kemampuan bahasa inggris sangat lemah, kadang logat Yorkshire disini sangat sulit untuk dipahami. Oleh sebab itu, membaca buku yang diwajibkan oleh dosen sebelum masuk kuliah itu sangat membantu aku dalam menyerap materi pelajaran di kelas.

Hal yang paling membuat aku senang adalah seminar. Seminar ini hanya diikuti oleh 9 orang mahasiswa saja dan satu orang dosen yang sangat expert. Seminggu sebelum dilaksanakan seminar, dosen memberikan judul jurnal yang harus dicari dan dikaji dulu. Setelah itu, ditelaah bareng-bareng mulai dari metode, hingga kongklusinya. Disini, critical thinking mahasiswa benar-benar diuji. Kalau tidak membaca, maka tidak dapat mengikuti seminar apa yang sedang dibicarakan oleh teman-teman di kelas.
Selain itu, setiap mahasiswa memiliki akses menuju website namanya Yorkshire Virtual Learning Environment (VLE). Itu adalah sumber informasi yang di update oleh dosen. Judul buku apa saja yang harus dibaca, jurnal apa saja yang harus di download, dan semua info perkuliahan ada disana. Mungkin ungkapan yang tepat untuk mahasiswa inggris adalah “Tiada hari tanpa membaca Jurnal”

Selain itu, aku sangat suka dengan system perkuliahan di Inggris karena setiap aktivitas di kelas di rekam. Seluruh pembicaraan dosen selama dua jam itu direkam dan rekamannya langsung di upload ke website Yorkshire VLE. Sehingga itu sangat membantu aku ketika ada hal-hal yang tidak kumengerti karena kendala bahasa. Karena semuanya sudah tersedia dan difasilitasi oleh para dosen. Mereka sudah sangat paham dengan kondisi mahasiswa Internasional.

Hal lain yang menjadi tantangan mahasiswa di Inggris adalah Writing. Setiap mingu, aku diwajibkan untuk menulis sebanyak 300-400 kata mengenai topic-topik hangat yang sudah ditentukan oleh dosen. Namun tentu saja aku tidak dapat menulis tanpa membaca referensi atau buku terlebih dahulu, karena hal itu akan menjadi sangat berbahaya. Biasanya, selain menuliskan topik esay mingguan, dosen juga menyediakan judul jurnal dan link kasus berita yang sesuai dengan topic yang harus ditulis. Sehingga membaca dan menulis adalah keharusan mahasiswa di Inggris.

Mengenai ujian akhir term nya, ada dua tipe ujian. Pertama adalah ujian akhir tutup buku atau close-book examination. Dan yang kedua adalah menulis sebanyak 4000-5000 kata. Dua modul yang aku ambil ujiannya adalah menulis sebanyak 5000 kata dan satu modul adalah ujian biasa. Ini merupakan tantangan para mahasiswa inggris. Juga yang membuat inggris sangat menjungjung tinggi integritas antara mahasiswa dan dosen untuk menghindari kolusi adalah, di setiap lembar ujian tidak ada nama mahasiswa. Sehingga setiap tulisan yang kita kirim hanya berisi nomor ujian dan nomor peserta kita saja. Tanpa ada namanya. Sehingga dosen menilai kapasitas mahasiswa sesuai dengan pekerjaan dari apa yang sudah mereka tulis.

Mungkin cukup sekian dulu sepintas mengenai perkuliahan di Inggris, kedepan aku akan share mengenai kehidupan mahasiswa lebih detailnya lagi. Apa saja yang dilakukan mahasiswa pada saat jeda perkuliahan dan yang lainnya. Semoga dapat bermanfaat dan memberikan gambaran buat mereka yang mau kuliah di Inggris.

Link:
Episode 1 Sepucuk Surat dari Manchester
Episode 2 Ketika pete Indonesia dimakan orang Yunani
Episode 3 Indahnya Sholat Idul Adha di Inggris
Episode 4 Ramahnya orang Yorkshire, Inggris
Episode 5 Gimana kehidupan mahasiswa S2 di Inggris?
Episode 6 Satu menit yang berharga
Episode 7 Tips membaca jurnal internasional
Episode 8 Tips presentasi dalam bahasa Inggris

2 komentar:

  1. Kereen... Kebayang banget betapa sibuknya dsono. .. Doain dong bang biar bsa nyusul :D ..aamiin...

    BalasHapus
  2. Newsworthy kaa! I'm looking forward to the other story��

    BalasHapus