I'm Asep Rudi Casmana: Caracter Building Training Sebagai Pembelajaran Monolitik

WILUJEUNG SUMPING DINA SERATAN KANG ASEP


Rabu, 13 Februari 2013

Caracter Building Training Sebagai Pembelajaran Monolitik

When wealth is lost, nothing is lost. When health is lost, something is lost. But when character is lost, EVERYTHING IS LOST
Karakter merupakan simbol dari perilaku seseorang. Penggalan kata bijak diatas mengatakan bahwa sebenarnya jika harta kita hilang, maka tidak ada yang hilang. Jika kesehatan kita hilang, maka ada sesuatu yang hilang, tetapi jika karakter kita hilang, maka kita akan kehilangan segala-galanya. oleh sebab itu karakter yang baik sangat diperlukan untuk memajukan suatu bangsa. Namun jika melihat ilustrasi yang terjadi pada Bangsa Indonesia ini, penggalan ketiga telah terjadi di negara kita.
Degradasi moral yang melanda bangsa Indonesia pada saat ini menjadi keprihatinan semua pihak. Banyak perilaku elemen masyarakat yang menunjukan lemahnya karakter sebagai suatu bangsa yang besar. Untuk itu perlu disikapi dengan langkah-langkah nyata oleh semua elemen masyarakat baik itu keluarga, sekolah, masyarakat, media massa maupun perguruan tinggi. Degradasi nilai-nilai dan moral-moral Pancasila sebagai inti dari pembentukan karakter Pancasila tersebut tidak saja terjadi dikalangan masyarakat awam tetapi juga sudah merambah ke kepribadian para profesional, tokoh masyarakat, para terpelajar, para pendidik, elit politik, bahkan hingga para pemimpin bangsa dan negara. Wajar saja apabila banyak penilaian masyarakat internasional yang menyatakan bahwa negara Indonesia ini adalah negara terkorup di dunia dan birokrasi pemerintahannya adalah yang paling buruk kedua didunia. Belum lagi banyak fakta lainnya yang menunjukan bahwa degradasi nilai-nilai dan moral-moral Pancasila telah menjalar dari akar rumput hingga para pemimpin bangsa. Kasus narkoba yang makin subur, pertikaian bersenjata antar kelompok massa yang menjadi tontonan di televisi, kekerasan terhadap anak dan perempuan, pornografi dan pornoaksi yang makin vulgar ditunjukan oleh kalangan muda hingga elit politik, hubungan seks bebas yang makin menjangkiti kalangan generasi muda siswa dan mahasiswa, tindakan KKN dimana-mana, kasus mafia hukum dan peradilan, gerakan terorisme oleh salah satu kelompok masyarakat Indonesia sendiri dan yang lainnya itu merupakan sedikit contoh kecil dari gunung es degradasi nilai-nilai dan moral Pancasila telah terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia dewasa ini.
Proses degradasi nilai dan moral tersebut telah mengalami proses yang lama hingga memunculkan karakter manusia indonesia yang cenderung memiliki nilai-nilai yang mengagungkan dan mengukur keberhasilan seseorang dari aspek kebendaan. Sebagai contoh, perilaku korupsi bahkan dikatakan telah dikatakan telah membudaya di Indonesia dan perilaku tidak tepat waktu atau istilah jam karet juga telah membudaya di Indonesia. Pembudayaan nilai-nilai tersebut pada dasarnya juga adalah hasil proses pendidikan (karena pembudayaan tidak terlepas dari pendidikan), maka dapat dikatakan pula bahwa ada yang salah dalam proses pendidikan di negeri ini dalam waktu yang lama sehingga melahirkan masyarakat yang kurang berkarakter Pancasila.
Bila diperhatikan dengan cermat, konstitusi Indonesia telah mengamanatkan pentingnya pendidikan karakter, seperti bunyi pasal 31 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalm rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang”. Untuk menjalankan amanah itu maka UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan menentukan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Hal ini sangat berbeda dengan negara tetangga yang sangat menjunjung tinggi karakter suatu bangsa, misalnya saja Negara Singapura. Negara ini merupakan negara bekas jajahan Inggris yang memerdekakan diri pada tahun 1965, namun semenjak kemerdekaan, negara ini terus berkembang dan bahkan kini menjadi satu-satunya negara maju di Asia Tenggara. Ada beberapa perbedaan karakter yang telah sukses mereka terapkan dan saya rasakan ketika mengunjungi negara Singapura. Yang pertama adalah mengenai waktu, warga negara Singapura sangat menjunjung tinggi dan menghargai waktu. Salahsatu mahasiswa Nanyang Technological University (NTU) Singapura mengatakan bahwa mereka lebih baik datang dua jam lebih awal dibandingkan dengan terlambat dua menit, itu artinya bahwa di kampus NTU dosen tidak memberikan toleransi keterlambatan ketika mahasiswa datang tidak tepat pada waktunya, karena sistem sudah mengatur seperti itu. kalaupun mereka di izinkan untuk masuk ke kelas, namun absensi mereka nihil, karena mengunakan absen elektronik. Yang kedua adalah pengembangan karakter untuk bekerjasama atau teamwork. Ada hal yang menurut saya unik ketika mengunjungi ke NTU dalam hal berorganisasi. Ditengah-tengah kesibukan mereka dalam menuntut ilmu, namun mereka menyempatkan waktunya untuk bergabung dalam suatu komunitas atau organisasi intra kampus. Hal itu sudah menjadi kewajiban dan bahkan sudah membudaya di kampus teknologi ini. Seluruh mahasiswa NTU tinggal di asrama mahasiswa, namun fasilitas yang diperoleh bagi masing-masing mahasiswa tergantung dari poin yang mereka peroleh dalam organisasi, semakin banyak poin yang diraih maka semakin baik pula fasilitas yang diterimanya. Untuk memperoleh poin yang tinggi maka mahasiswa itu harus memperoleh jabatan tertinggi juga, artinya semakin tinggi jabatan yang diamanatkan maka semakin tinggi pula poin yang akan diterima. Selain itu semakin banyak organisasi yang diikuti, maka semakin banyak pula poin yang akan diterima. Sehingga mereka sudah terbiasa dalam berorganisasi. Yang ketiga adalah budaya antri. Ketika saya mengunjungi beberapa tempat antrian di Singapura, warga negaranya selalu membuat antrian yang rapih ke belakang, bukan menggelembung ke samping. Kemudian ketika ada orang lain yang akan menyelip, maka orang yang satunya lagi mengingatkannya. Hal itu terlihat ketika saya mengantri membeli tiket MRT, kemudian ketika mengantri membeli tiket di Universal Studio dan beberapa tempat yang lainnya. Yang keempat adalah tidak membuang sampah sembarangan. Negara kota yang telah memisahkan diri dari Federasi Malaysia pada tahun 1965 ini sangat menjungjung tinggi kebersihan di lingkungan. Jalan raya dan tempat-tempat wisata serta pasar pun sangat rapih dan bersih, karena jika warga negaranya terlihat membuang sampah sembarangan, maka mereka akan dikenakan denda. Hal itu sudah membudaya di Singapura.
Jika kita melihat sejarah, Indonesia sudah merdeka lebih dulu yaitu pada tahun 1945. Sedangkan Singapura baru memisahkan diri dari Malaysia pada tahun 1965. Keadaan Indonesia pada waktu itu sedang menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 dan sedang masa transisi menuju Orde Baru yang dipipin oleh Presiden Soeharto. Negara Singapura yang dulunya adalah tempat pelabuhan dan tempat transit serta tempat berkumpulnya para penjahat, namun sekarang semuanya sudah berubah menjadi negara teraman kelima di dunia dan satu-satunya negara maju di Asia tenggara. Presiden Sir Raffles telah berhasil merubah dan memajukan Singapura hingga menjadi seperti sekarang ini. Kunci utamanya adalah karakter bangsa, Indonesia bisa maju bahkan lebih jauh dari Singapura ketika karakter bangsa sudah baik.
Konstitusi 1945 telah mengamanatkan dalam pengembangan pendidikan karakter, hal itu juga telah diturunkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan nasional. Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menjadikan warga negara Indonesia memiliki karakter yang baik. Gagasan yang saya sampaikan adalah dengan menjadikan Pendidikan karakter sebagai pembelajaran monolitik dalam bentuk training. Hal ini membutuhkan proses yang lama, namun itulah pendidikan.
Ada beberapa langkah berupa materi dan juga tindakannya dalam pengembangan Pelatihan pendidikan karakter dalam pembelajaran monolitik ini. Pertama adalah memberikan pemahaman akan pentingnya karakter suatu bangsa. Tujuan dari pelatihan pendidikan karakter ini bahwa mahasiswa diproyeksikan untuk menjadi ”the excellent scholar”. Maka semua pembicaraan dan pemaparan materi diarahkan untuk menjadi sarjana yang unggul. Salahsatu dari kriteria the excellent scholar adalah memiliki smart and good character. Maka dijelaskan pula apa itu smart and good character. Para mahasiswa diajak berfikir global pada masa depan, supaya mereka dapat berfikir dan mempunyai arah dan tujuan setelah menjadi sarjana. Misalnya dipaparkan mengenai jumlah pengangguran lulusan sarjana dari tahun-ketahunnya, jika mereka tidak memiliki keunggulan yang dimilikinya maka nasibnya akan seperti mereka yang menjadi sarjana nganggur dan tidak memiliki pekerjaan. Dengan demikian pemikiran para mahasiswa akan terbuka dan segera mencari jati diri hingga menemukan keunggulan dan prestasi dari masing-masing bidang yang dimilikinya. Pada bagian akhir di sesi pertama ini para mahasiswa ditugaskan untuk menulis apa saja kekurangan dan kelebihan mereka serta bagaimanya cara mengurangi kelamahan dan meningkatkan kelebihannya. Maksud dan tujuan dari penugasan ini adalah membantu mereka dalam menemukan keunggulan yang dimiliki oleh masing-masing mahasiswa.
1358177080390614286Kedua adalah menjelaskan mengenai visi dan misi. Untuk menjadi seorang sarjana yang unggul harus memiliki visi dan misi yang jelas. Mereka dijelaskan mengenai definisi hingga urgensi dan pentingnya memiliki visi dan misi dalam perkuliahan. Ini sangat penting, karena dengan visi dan misi, tujuan mereka untuk menjadi sarjana unggul sangat mudah. Setelah mereka mengetahui kekurangan dan kelebihan serta mengetahui bagaiman cara meningkatkan kelebihan itu, maka pada tahap ini para mahasiswa ditugaskan untuk menuliskan Visi dan Misi mereka untuk menjadi seorang sarjana yang unggul. Maksud dan tujuannya dari penugasan ini adalah supaya mereka lebih terarah dalam mencapai tahapan-tahapan untuk menjadi sarjana yang unggul. Dengan demikian mereka akan mengetahui sendiri langkah apa saja yang harus dilakukannya, karena setiap orang memiliki tujuan yang berbeda-beda.
Ketiga adalah motivasi. Hal ini sangat penting. Motivasi adalah dorongan yang timbul untuk menjadikan manusia lebih baik. Motivasi ini dikatagorikan menjadi dua, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi sangat dibutuhkan untuk menajukan dan mencapai sebuah tujuan yang hakiki. Dalam pembahasan motivasi ini para mahasiswa dipaparkan mengenai biografi tokoh yang telah sukses, baik itu dalam bentuk video maupun diceritakan. Dengan melihat pengalaman orang lain yang telah sukses, para mahasiswa akan mengetahui dan bercermin serta dapat mengikuti langkah-langkah sukses yang telah dilakukan oleh tokoh tersebut. Dengan demikian langkah-langkah untuk menjadi sarjana unggul kini mulai terbayangkan. Pada tahap ini semangat para mahasiswa sudah tinggi, karena mereka sudah mengetahui keunggulan yang akan dikembangkan serta memiliki visi dan misi yang telah ia buat pada sesi sebelumnya.
Keempat Integritas diri. Integritas merupakan suatu tingkahlaku yang dilakukan antara perkataan dan perbuatan itu sama. Artinya adalah mereka yang telah mengatakan akan melakukan sesuatu, maka bukan hanya pernyataan saja tetapi juga harus dilakukan dengan tindakan yang nyata. Maksud dan tujuan dari materi ini adalah supaya mereka melakukan tindakan-tindakan yang telah ditulis dalam pemaparan dan penugasan berikutnya. Para mahasiswa sudah menulikan visi dan misi serta memiliki motivasi yang tinggi, maka dari itu selanjutnya mereka harus menyatukan antara yang ditulis dan perbuatannya. Sehingga langkah-langkah nyata untuk memiliki keunggulan itu akan terwujudkan.
Kelima adalah pernyataan janji pribadi. Janji merupakan hutang yang harus ditepati. Pada bagian ini mereka diproyeksikan untuk menuliskan pernyataan-pernyatan berupa tindakan nyata yang harus mereka lakukan untuk menjadi seorang sarjana yang unggul. Ini adalah bagian yang terpenting dalam pelatihan pendidikan karakter ini. salah satu contoh dari janji itu misalnya tidak membuang sampah sembarangan atau berusaha hadir minimal lima menit pada setiap pertemuan. Hal ini akan terus terikat hingga kapanpun, karena ini merupakan janji. Namun perlu adanya pengawasan dalam implementasi janji-janji tersebut. Yang memiliki wewenang dalam mengawasi para mahasiswa ini adalah orangtua masing-masing. Oleh sebab itu, janji-janji yang telah mereka tulis dalam selembar kertas itu akan dikirimkan ke rumahnya masing-masing melalui surat pemberitahuan yang ditujukan kepada orangtua masing-masing. Sehingga orangtuanya dapat mengetahui janji yang telah dibuat oleh para mahasiswa itu, dan ia dapat mengawasi ketika anaknya mulai tidak menepati janjinya. Dengan demikian pengawasan pun dapat dilakukan.
Keenam adalah refleksi diri. Bentuk dari refleksi diri ini adalah muhasabah. Pada bagian ini para mahasiswa diproyeksikan pada masa lalu, apa saja hal-hal negatif yang telah ia lakukan. Harapannya adalah hal-hal negatif itu dapat berkurang bahkan hilang, sehingga tujuan mereka yang sudah dibuat untuk menjadi seorang sarjana unggul dapat diimplementasikan dengan baik tanpa adanya hambatan.
Keenam langkah tersebut dapat dilakukan dalam pembelajaran monolitik, artinya menjadi sebuah pembelajaran yang khusus dan fokus kepada pembentukan karakter bangsa. Dengan tujuannya untuk menjadi sarjana yang unggul, karena jika sebuah pelatihan atau pembelajaran tanpa adanya tujuan itu adalah hal yang tabu. Semoga platihan ini dapat diimplementasikan dalam pembentukan karakter bangsa yang lebih baik.
Pada dasarnya seorang manusia sebagai penghayat nilai, itulah visi antropoligis yang merupakan bagian dari pemahaman pendidikan karakter. Melalui nilai-nilai manusia menera pengalaman masa lalunya, menghayati kehidupannya masa kini dan menjawab tantangan kedepan bagi tugas penyempurnaan dirinya sebagai mahluk yang hidup bersama dengan orang lain dalam dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar