I'm Asep Rudi Casmana: 1 Juni 2016, mengenang asal-usul lambang garuda Pancasila

WILUJEUNG SUMPING DINA SERATAN KANG ASEP


Rabu, 01 Juni 2016

1 Juni 2016, mengenang asal-usul lambang garuda Pancasila

Oleh Asep Rudi Casmana

Pancasila merupakan sebuah ideologi bangsa Indonesia. Lima prinsip yang terkandung didalamnya telah menggambarkan perilaku serta budaya dari bangsa Indonesia. Sebagai masyarakat yang diwariskan kemerdekaan oleh para pahlawan terdahulu, mari kita sama-sama mengejawantahkan Pancasila ini dalam kehidupan sehari-hari sehingga hal itu dapat menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang gemilang. Sebagai salah satu anggota dari warga negara Indonesia, dalam rangka memperingati hari kelahiran Pancasila ini, saya ingin bercerita mengenai sejarah dan asal usul dari penggunaan lambang garuda sebagai simbol negara Indonesia dan memaknai pancasila khususnya sila pertama.


Sebenarnya, berbicara mengenai asal usul lambang garuda Pancasila tidak terlepas dengan sejarah kerajaan-kerajaan yang pernah menduduki bangsa Indonesia dan menjadi nenek moyangnya. Sejauh pemahaman penulis, lambang garuda Pancasila ini didesain seutuhnya oleh Sultan Hamid II yang berasal dari Pontianak, kemudian setelah itu dilakukan quality check dan disempurnakan oleh Presiden Ir. Soekarno hingga menjadi yang sekarang ini.

Sumber : google image
Namun jika kita melihat jauh ke belakang, ternyata ada sebuah kemiripan antara lambang negara Pancasila dengan lambang Kerajaan Samudra Pasai. Kerajaan ini merupakan kerajaan islam tertua di Indonesia. Ternyata, tulisan arab yang ada dalam lambang tersebut bermakna basmallah yang ada di kepalanya, serta kalimat syahadat yang ada di sayap dan kakinya. Sedangkan di badannya, terdapat rukun islam. Konon katanya, lambang kerajaan samudera pasai ini dibuat oleh Zainal Abidin, ia juga mengatakan bahwa makna dari lambang tersebut adalah syiar islam yang kuat.

Lambang itu kemudian dilukiskan oleh Teuku Raja Muluk Attashi yang merupakan keturunan Raja Turki Utsmani ketika berkunjung ke kerajaan Samudra Pasai di Aceh.
Lalu mengapa Indonesia tidak menggunakan sistem negara islam?
Sumber : google image
Mari kita mengingat pernyataan Soekarno dalam salah satu pidatonya di depan para anggota Dokuritsu Djunbi Cosakai atau yang kita kenal dengan BPUPKI. Beliau mengatakan kepada para tokoh pejuang negara islam seperti Ki Bagus Hadi Koesoemo bahwa dasar kebangsaan adalah yang paling tepat untuk dijadikan sebagai dasar negara Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa negara ini bukan hanya untuk satu orang atau satu golongan saja, namun negara ini akan mencakup semuanya mulai dari Sabang hingga merauke.
Sumber : Google image
Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang multi budaya, multi agama dan banyak perbedaan-perbedaan yang lainnya. Apabila dasar hukum islam yang dipakai untuk menjadi dasar negara pada waktu itu, maka golongan yang non-islam yang terdapat di Indonesia bagian timur akan memisahkan diri. Bentuk realisasi dari hal ini adalah penghapusan tujuh kata yang ada pada sila pertama pancasila yang pada awalnya “Ketuhanan Yang Maha Esa dengan menjalankan syariat islam bagi para pemeluknya” diperbaiki hanya menjadi “Ketuhanan yang Maha Esa”.

Sumber: Google image

Tidak ada komentar:

Posting Komentar