Oleh
Asep Rudi Casmana, S.Pd., S.Na. (Sang Novelis Amatiran)
EPisode 3 Yogyakarta Kota Transit
Pagi
itu menunjukan pada tangga 9 Maret 2016, dimana Kang Asep sedang merasa sangat
campur aduk perasaanya. Malam menjelang hari ini rasanya sangat sulit untuk memejamkan
mata, karena ada sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu jawabannya pada tanggal 10
mendatang, which is hari Kamis.
Emangnya ada apa sih Kang Asep? Entahlah, pokonya hal itu masih sangat
dirahasiakan. Kang Asep Ketakutan kalau permintaan yang sudah susah payah
dipersiapkan omongannya, ternyata ditolak. Mungkin para netizen yang sedang
membaca blog ini pernah merasakan bagaimana rasanya ditolak oleh seorang calon
pendamping hidupnya? Atau ditolak sama pacar? Nah ternyata, si Kang Asep juga
pernah merasakan hal itu sekali. Dan rasanya itu tidak bisa dilukiskan
bagaimana, mungkin lebih sakit daripada rasa sakit gigi yang berlubang, atau
bahkan lebih sakit daripada tangan yang terkena silet hingga berdarah. Tapi tanggal
10 ini rasanya lama. Bahkan perasaan ingin segera hari esok itu rasanya lebi-lebih
seperti seseorang yang sedang kebelet untuk buang air besar. Kira-kira netizen
bisa membayangkan kan? Tapi ya sudahlah, pokonya si Kang Asep sekarang hanya
bisa berdoa saja semoga besok nerima SMS yang isinya diterima, jadi tidak galau
lagi seperti hari ini. Wah, jadinya curhat deh. #ehh
Hayu ah urang dilajengkeun, kalau
dalam bahasa inggrisnya Let’s get the
ball rolling,
Ceritanya
hari Rabu ini, Kang Asep sudah bersiap-siap sejak pukul 05.30. Dia sudah
lengkap semuanya dengan menggunakan baju koko lengan pendek berwarna abu-abu
dengan corak garis-garis padat. Tidak lupa juga sarung kesayangannya yang
berwarna merah tua kotak-kotak, dan tutup kepala rajutan berwarna putih.
Meskipun niatnya mau pergi ke masjid, si Kang Asep ini tidak pernah lupa untuk
menggunakan jam tangan warna putih yang nempel di lengan kirinya, entah karena
harganya yang mahal atau karena merk nya yang bagus, pokonya jam itu tidak pernah
lepas dari tangannya, sampai-sampai kalau tidak menggunakan jam, kulit putih
kaya orang Eropa-nya terlihat melingkar.
Dengan
jarak yang hanya sekitar 500 meter dari kosan Kang Asep yang berlokasi di Jalan
Kaliurang, Blok C, Karangwuni, (dekat kampus Universitas Gadjah Mada), ia
kemudian berjalan dengan menggunakan sandal berwarna hitam yang usianya sudah
menginjak hamper dua tahun semenjak ia beli.
Setibanya
di Masjid, langsung kang Asep duduk di barisan kedua, karena ia sangat excited atau penasaran banget sama
pelaksanaan shalat yang baru pertama kali ia laksanakan berjamaah namun
gerakannya sangat berbeda. Pada awalnya, ia ingin masuk dibarisan pertama, tapi
ternyata ga jadi, si Kang Asep malah kembali ke barisan kedua, dengan alasan
supaya dapat memperhatikan Khatib untuk ceramah.
Ya,
memang hari ini adalah hari bersejarah di negaranya Kang Asep, yaitu Indonesia.
Ada sebuah peristiwa yang sangat langka yang mungkin ini hanya terjadi sekali
dalam hidupnya. Keadaan ini telah membuat sebagian wilayah Indonesia menjadi
benar-benar gelap gulita seperti layaknya malam hari. Mungkin para netizen
sudah tau, bahwa 9 Maret 2016 adalah sebuah peristiwa Gerhana Matahari total.
Jika melihat sejarahnya, ternyata gerhana matahari total di Indonesia ini sudah
terjadi sebayak empat kali, dan tahun ini adalah peristiwa yang ke lima
kalinya. Katanya majalah Tempo yang merupakan majalah paporit (maklumin aja, di
amah urang Sunda Aseli) nya kang Asep, pertama kali gerhana matahari total
terjadi pada tahun 1901, kemudian berturut-turut pada tahun 1929, 1962, 1983, hingga
saat ini 2016.
Kapan
lagi atuh kang, gerhana matahari teh ada lagi?
Sebenarnya
tidak ada penghitungan yang pasti kapan terjadinya gerhana matahari, karena
lintasan bulan yang mengorbit ke matahari dengan cara eliptik, sehingga sangat
sulit untuk diprediksi kapan lagi terjadinya gerhana ini. Namun kalau melihat
orang-orang terdahulu, ternyata sejarah pencatatan siklus gerhana matahari itu
sudah dimulai sejak era Babilonia sekitar 700 tahun sebelum Masehi. Mereka
berasumsi bahwa posisi matahari, bumi dan bulan yang terjadi secara sejajar itu
berada pada interval waktu yang sangat akurat. Namun hal itu tidak seperti
Komet Halley yang sudah pasti terjadi setiap 76 tahun sekali. Hingga saat ini,
barometer yang paling akurat yang digunakan untuk memprediksi kapan akan
terjadi lagi gerhana matahari yaitu menggunakan teorinya siklus Saros dari
Babilonia. Siklus tersebut mengatakan bahwa peluang terjadinya gerhana matahari
adalah sekitar 18 tahun, 11 hari, dan 8 jam sekali. Namun proses terjadinya
gerhana matahari total ini diprediksi akan terjadi kembali pada usia 54 tahun
yang akan datang, menurut majalah tempo yang dibaca oleh Kang Asep.
……..
Karena
ini adalah pengalaman pertama Kang Asep untuk mengikuti pelaksanaan Shalat gerhana
matahari secara berjamaah, ada sesuatu hal yang berbeda terutama pada saat
gerakannya. Menurut H. Aminudin Aziz, S.Si. yang merupakan imam dan khatib
shalat sunah gerhana di Masjid Al-Huda, Karangwuni, pelaksanaan shalat gerhana
ini gerakannya sangat berbeda. Dalam satu kali salam shalat sunah yang terdiri
dari dua rakaat, shalat gerhana ini memiliki empat kali ruku. Jadi setelah ruku
pertama di rakat pertama, para jamaah kembali berdiri dan membaca surat
Al-fatihah dan surat-surat Al-Qur’an yang kemudian dilanjutkan ruku kedua dan
sujud. Hal ini juga diterapkan pada saat pelaksanaan rakaat yang kedua, dimana terjadi
dua kali ruku. Pak Ustadz mengatakan bahwa hukum shalat gerhana itu adalah
Sunah Muakad, dimana sunah yang paling dianjurkan atau kalau menurut kebanyakan
ulama bahwa sunah muakad itu sifatnya mendekati kepada wajib. Sehingga alangkah
lebih baiknya apabila dilaksanakan, namun kalaupun tidak dilaksanakan tidak
apa-apa. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi
mengenai pelaksanaan shalat sunah gerhana ini sudah menyebar ke beberapa
wilayah di Kota Yogyakarta, Pak ustadz mengatakan bahwa ia merasa sangat senang
kalau masyarakat di sekitar jalan Kaliurang banyak yang melaksanakan shalat
gerhana. Kang Asep juga mendengar suara Adzan yang menghiasi dini hari pada
tanggal 9 Maret ini.
Setelah
selesai pelaksanaan shalat gerhana, pak Ustadz Aminudin melanjutkan dengan
khutbanya. Dia mengajak kepada masyarakat setempat untuk mulai meninggalkan
kepercayaan-kepercayaan yang sifatnya musyrik sperti mitos-mitos terdahulu.
Beliau mengatakan bahwa pada saat terjadi pelaksanaan Gerhana Matahari di Kota
Yogyakarta ini tepatnya pada pukul 06.20 hingga 08.30 lebih baik masyarakat
dianjurkan untuk memperbanyak shalawat, berdoa, bertasbih dan bersedekah.
Karena hal itu merupakan amalan yang sangat baik dan akan mendapatkan pahala. Jangan
sampai melakukan hal-hal seperti menabuh kentongan atau meledakan petasan yang
dipercaya akan mengusir roh-roh jahat. Sehingga, beliau mengajak untuk dapat
terus berbuat kebaikan pada saat pelaksanaan shalat gerhana ini.
……
Setelah
pelaksanaan shalat gerhana matahari ini, kang Asep merasa sangat senang karena benar-benar
mendapatkan pengetahuan baru hari ini. Saking serunya ceramah tadi, ia sampai
lupa mengenai apa yang ditunggu-tunggu hari esok.
Kalau
menurut si Kang Asep, mengetahui mitos-mitos mistis yang terjadi pada jaman
terdahulu juga sangat seru untuk dipelajari karena akan menambah pengetahuan
dan pehaman kita. Jadi si Kang Asep ini memang suka banget membaca Majalah
Tempo, pas kebetulan ada yang membahas mengenai mitos gerhana matahari.
Ternyata,
kisah gerhana matahari itu sudah tercantum dalam sebuah kitab bernama Tantu Panggelaran
(Saka, 1577). Dalam kitab itu disebutkan ada sebuah tempat air keabadian yang
siapapun meminum air itu, maka ia akan hidup kekal selamanya. Tidak ada yang
bisa membunuh dia. Air itu tersimpan dalam sebuah kendi bernana tatwamerta simbawa. Pokonya kendi itu
dijaga secara rahasia. Namun suatu hari kendi air keabadian itu sempat hilang
entah kemana, kepercayaan orang-orang terdahulu mengatakan bahwa kendi itu
dicuri oleh 2 raksasa yang sangat jahat. Posisi saat ini kendinya sudah
ditemukan dan dijaga oleh para dewa.
Suatu
hari, para dewa sedang melaksanakan sebuah pesta untuk meminum keabadian itu.
Mungkin para dewa itu ingin hidupnya abdi, sehingga semuanya meminum air
keabadian yang berada di kendi itu. Pesta itu disaksikan langsung oleh Batara
Prameswara, ia memiliki jabatan lebih tinggi daripada para para dewa.
Celakanya,
ditengah-tengah pesta tersebut, ada satu orang raksasa yang bernama Rahu ikut
dalam pesta minum air keabadian itu. Karena ia juga ingin hidupnya abadi,
sehingga ikut menyelusup dalam pesta yang sangat megah dan mewah itu. Kedatangan
raksasa rahu diketahui oleh Sang Hyang Raditya (dewa matahari) dan Sang Hyang
Chandra (dewa bulan) yang mereka berdua secara langsung melaporkan kepada dewa
wisnu.
Dewa
Wisu langsung menindaklanjuti karena ia merasa sangat kesal terhadap kedatangan
tamu yang tidak diundang itu, dewa wisnu mengatakan bahwa mengapa ada raksasa
yang sangat berani masuk kedalam pesta minum air keabadian itu? Langsung dia
mengambil cakra dan melemparkan ke raksasa rahu hingga mengena ke lehernya dan
putus dari badannya. Namun sayangnya, Rahu sudah meminum seteguk air keabadian
itu, meskipun belum sampai ke badannya itu air. Karena sudah meminum, akhirnya
kepalanya rahu menjadi abadi dan tidak akan pernah mati.
Konon
Katanya, rahu merasa sangat marah kepada Dewa Matahari dan Dewa Bulan, sehingga
ia selalu ingin balas dendam dengan menggunakan kepalanya untuk memakan kedua
dewa itu. Asal muasal mitos batara kala (mahluk raksasa yang dipercaya
bertanggung jawab atas hilangnya matahari karena dimakan olehnya) yang
dipercaya oleh masyarakat Jawa pada jaman dulu adalah raksasa rahu.
Kalau
jalan-jalan ke Palembang, masyarakat tiongkok kota itu pada jaman dulu
berasumsi bahwa gerhana matahari adalah proses dimakannya matahari oleh sebuah
naga yang sangat besar sebagai bukti kemarahannya terhadap manusia. Sehingga
orang-orang percaya bahwa untuk meredam kemarahannya itu, mereka harus
menyalakan petasan dan menabuh kentongan.
…..
Ternyata
setelah ditelusuri secara mendalam oleh Kang Asep, sangat seru juga yah kalau
mempelajari cerita-cerita dan mitos-mitos yang terjadi pada jaman terdahulu.
Makanya, kang Asep mengajak kepada para netizen yang sedang setia membaca blog dan
update catatan kang Asep ini untuk terus menelusuri kisah-kisah cerita rakyat
yang terjadi di daerah masing-masing.
….
Namun
kisah anak remaja yang terjadi saat ini, khususnya mereka yang sedang bergalau
ria karena lokasi tempat tinggal mereka berjauhan dengan pasangannya mengaitkan
gerhana matahari ini sebagai sebuah simbol Long
distance relationship, dimana saat bertemunya gerhana matahari merupakan
momen yang sangat romantis yang sangat langka. Sehingga telah muncul
ilustrasi-ilustrasi yang mengambarkan matahari dan neng –ulan sebagai simbol
yang sangat lucu. Namun hal ini sifatnya hanya hiburan saja.
Ilustrasi LDR ala gerhana. Sumber: Instagram Dagelan |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar