Oleh
Asep Rudi Casmana
Episode 3
Jalan terjal menuju
beasiswa LPDP
“Sep, ibarat sebuah panah, saat ini lo
sedang menarik jauh-jauh ke belakang anak panah lo. Pada saat waktu yang tepat,
hal itu akan melesat jauh ke depan dan menancap di sebuah tempat yang sesuai
dengan cita-cita lo…..”
Jafar
Shodiq, S.Pd. Guru PKn SMP Islam Al-Azhar Karawang
Sebuah
kalimat yang diberikan oleh sahabat saya, ketika membawa murid-muridnya ke
pare, dia memberikan nasehat seperti itu yang hingga saat ini selalu saya
ingat. Disaat semangat saya turun dan hampir putus asa, pada akhirnya Allah
selalu memberikan seseorang yang secara tidak sengaja terus meningkatkan
semangat dan motivasi untuk berjuang. Berikut ini saya akan ingin bercerita
susah senang selama kurang lebih 14 bulan di pare.
…………………………….
Kampung Inggris |
Saya
sangat ingat betul bahwa pada saat itu, waktu menunjukan pukul 01.30 WIB dimana
yang biasanya orang-orang sudah tertidur dengan lelap dan menikmati mimpi-mimpi
indahnya dalam kegelapan malam. Hal itu sangat berbeda dengan saya, otak ini
harus terus bekerja untuk menghafal academic
advance vocabularies atau bahkan menulis artikel dengan bahasa inggris
akademik. Setiap hari di tempat saya belajar, saya harus menghafal kosa kata
kurang lebih tiga puluh, yang apabila tidak sampai segitu, terkadang kami tidak
diperbolehkan masuk ke dalam kelas. Untungnya saya memiliki seorang kawan
seperjalanan yang selau berjuang bersama untuk menghafal kosa kata tersebut
atau bahkan mengingatkan apa saja tugas yang harus di kupulkan ke guru di kelas
pada hari esok. Setelah hafal semua kosa kata itu, esok harinya kami harus masuk
kelas tepat pada pukul 06.00 WIB tanpa telat satu menit pun. Pernah suatu hari,
saya dan kawan saya itu telat bangun pagi, tanpa mandi, kami langsung bergeas
lari-lari ke kelas. Entah roh ini sudah berkumpul atau belum, atau sudah sadar
atau belum. Setelah keringat bercucuran dan membasahi hampir semua kaos saya
serta nafas dan jantung yang terus berdetak kencang, waktu menunjukan pukul
06.10 menit ketika kami sampai di pintu kelas. Sesuai dengan peraturan, kami
berdua tidak diperbolehkan masuk oleh turor.
Rasanya
sangat sedih. Jika saya tertinggal satu pertemuan saja, maka saya akan
tertinggal materi karena belajar IELTS khususnya writing itu sama seperti
matematika. Ketika tertinggal sekali, kami akan kehilangan dan ketinggalan arah.
Saya juga teringat pengorbanan tadi malam yang dengan susah payah menghafalkan vocabularies sebanyak 30 kata yang
level-nya khusus untuk kosakata akademik. Namun, peraturan ya tetap peraturan,
akhirnya kami mendapat hukuman untuk tidak dapat masuk ke kelas selama satu
hari. Kehidupan seperti itulah yang tengah mewarnai hari-hari saya selama di
pare, kampung inggris.
………………………………………………
Jadi
selama satu tahun di pare, saya mengambil beberapa tempat kursus yang dapat
meningkatkan kapasitas dan kapabilitas saya untuk dapat melanjutkan studi ke
Australia. Namun disini saya akan menceritakan satu tempat kursus yang paling
lama saya belajar dan memberikan dampak yang sangat besar terhadap kesuksesan
dalam mempelajari IELTS.
Saya
memutuskan untuk belajar di English Studio, karena tempat ini adalah yang
benar-benar memfokuskan untuk mempelajari IELTS. Disini saya dipertemukan
tengan orang-orang yang sangat hebat, karena mayoritas peserta didik yang
belajar disini adalah yang memiliki tujuan belajar IELTS dan lanjut studi ke
Luar Negeri. Sehingga lingkungannya sangat mendukung.
Kawan seperjalanan yang bertahan |
Jumlah
pelajar disini tidak banyak, mereka membatasi tidak lebih dari sepuluh orang di
setiap kelasnya. Namun biasanya baru seminggu atau dua minggu belajar, mereka
banyak yang menghilang, atau kami katakan mereka terjangkit penyakit MUNTABER
(mundur tanpa berita) karena tidak cocok dengan budaya akademik disini. Di
kelas saya pun yang bertahan hingga bulan ketiga hanya tinggal tiga orang saja.
Saya sendiri, dan dua orang sahabat saya dari Sumatera yang sangat hebat.
Memang
yang tadi diatas hanya sepenggal kisah dari perjalanan saya belajar IELTS di English
Studio ini, kami dituntut untuk belajar dan datang tepat waktu mulai dari pukul
06.00 pagi hingga pukul 21.00 malam, terkadang kalau tugas belum selesai kami
belajar hingga pukul 10.00 atau bahkan menginap di kelas. Kami juga tidak
mengenal tanggal merah ataupun weekend sabtu
minggu, setiap hari adalah kelas di English Studio (ES). Namun perbedaannya kalau
weekend biasanya tidak ada kelas malam. Itulah sebabnya banyak orang yang
hilang tanpa kabar meskipun baru dua minggu.
Aktivitas
pertama kami dimulai pada pukul 06.00 – 11.00, pada kelas pagi ini biasnya kami
belajar listening dan reading yang dibagi menjadi dua sesi.
Namun sebelum itu, totor kami selalu menagih hafalan kosa kata yang banyaknya
sekitar 30 setiap harinya. Jika kami tidak hafal, maka biasanya diberikan
sanksi atau tidak boleh masuk kelas. Dalam kelas listening ini, tutor kami
memberikan materi dan membahas soal-soal yang ada di Cambridge IELTS, atau
biasanya diberikan video TED untuk dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas
bahasa inggris. Sedangkan pada sesi reading, kami juga selalu dilatih untuk
membaca dan mengerjakan soal-soalnya. Mengenai detail bagaimana proses
peningkatkan skill listening dan reading, nanti saya akan bahas dalam
artikel khusus di episode berikutnya.
Setelah
kami istirahat selama dua jam, biasanya kami disuruh tidur oleh tutor,
dilanjutkan lagi kelas pada pukul 13.00 – 17.00. Kelas sesi kedua ini adalah
untuk materi Speaking dan Writing. Saya sangat suka kelas ini,
khususnya writing karena kami
diwajibkan menulis setidaknya dua artikel setiap hari dalam bahasa inggris
melalui tugas-tugas. Tentunya yang berhubungan dengan IELTS. Satu hal yang saya
pelajari disini, saya yang tadinya tidak dapat membaca grafik dan tabel (IELTS
Writing task 1), karena belajar disini saya jadi mampu dan bisa membacanya.
Kemudian kelas speaking, saya juga
sangat nyaman karena saya sangat enjoy ketika bercerita dan menjawab pertanyaan
dalam bahasa inggris. Kelas ini hanya jeda untuk sholat Ashar, selebihnya kami
belajar di kelas.
Setelah
otak diperas selama seharian, kami bertiga belum dapat beristirahat karena
masih ada kelas malam yang dimulai pada pukul 19.00 – 21.00. Terkadang suka
molor hingga pukul 10.00 atau tengah malam. Kelas malam ini biasa dikatakan
sebagai kelas vitamin. Karena disini kami diwajibkan untuk merangkum video TED
yang diperoleh dari youtube. Setelah mendengarkan video yang berdurasi kurang
lebih 10 – 20 menit, kami harus menulis dengan minimal 80 hingga 150 kata dalam
bahasa inggris dengan grammar yang benar. Setelah itu tulisannya diunggah ke
grup facebook English Studio. Selain listening, kami juga harus merangkum satu
artikel yang berasal dari tujuh website yang salah satuny adalah national geographic dan history today. Dalam satu artikel itu,
kami merangkum dan mengupload ke facebook. Begitulah aktivitas saya selama
belajar di English studio.
Belum
selesai sampai disini, sepulangnya sampai kamar, saya tidak dapat langsung
tidur, karena saya harus menghafalkan 30 kosa kata akademik yang merupakan
tiket masuk ke kelas pada hari esoknya. Atau terkadang ada tugas tambahan untuk
menulis satu atau dua artikel, sehingga waktu tidur saya benar-benar sangat
berkurang. Kalau weekend terkadang saya tidak tidur semalaman karena saya harus
translate artikel reading, karena itu adalah skill yang paling membutuhkan
peningkatannya.
Ini tempat saya belajar |
Karena
sibuknya aktifitas di English Studio, sehingga saya benar-benar sangat lupa
sama yang lainnya. Tidak ada dalam benak pikiran saya untuk pergi berlibur,
padahal teman-teman yang belajar di tempat lain banyak yang mengajak liburan ke
Surabaya atau ke Malang yang memiliki spot-spot wisata yang sangat bagus.
Pokonya saya harus bertahan hingga saya sukses dapatkan nilai IELTS 6.5. Serta
saya menghilang dari peradaban komunikasi teman-teman yang lainnya, itu
dikarenakan padatnya aktivitas di English Studio.
Pada
akhirnya, setelah kurang lebih selama delapan bulan aktivitas dan rutinitas
sehari-hari, saya baru dapat kembali aktif di social media, dan dapat
berkomunikasi dengan yang lainnya. Meskipun saya sibuk dengan aktifitas bahasa,
saya berusaha untuk tidak mengeluh dan terus berjuang.
Tutor
saya selain membimbing bahasa inggris, dia juga memberikan motivasi untuk terus
berjuang. Saya masih ingat betul pernyataan dia bahwa lebih baik kita
berjungkir balik di dalam negeri untuk belajar bahasa dibandingkan dengan harus
dicaci maki oleh dosen di luar negeri, karena kita benar-benar belum tau
seberapa keras kultur akademik di luar negeri. Setidaknya dengan proses
pembelajaran yang sangat ketat di pare ini dapat menjadikan bekal kepada kita
supaya tidak kaget dengan diharuskannya menulis setiap hari di luar negeri.
Saya
sangat bersyukur bisa bertemu kawan-kawan seperjalanan yang dapat meberikan
motivasi dan inspirasi saya untuk terus berjuang hingga saya mendapatkan
beasiswa LPDP. Pada akhirnya, saya tidak ketakutan lagi untuk membaca artikel
bahasa inggris. Dengan vocab yang saya hafalkan sebanyak 30 setiap hari selama
tiga bulan, benar benar telah membantu saya dan mempermudah untuk membaca dan
berkomunikasi.
Perjalanan
saya selama satu tahun di pare benar-benar sangat melelahkan pada waktu itu.
Terkadang berlali cepat, terkadang lambat, terkadang berhenti, terkadang sambil
ngesot, itu semua tergantung beban yang ditanggung. Namun pada akhirnya saya
dapat menyelesaikannya. Seperti kata tutor saya di English Studio yang
mengatakan bahwa “segala sesuatu itu harus diselesaikan”. Jadi bagi teman-teman
yang sudah memiliki niat untuk lanjut studi ke luar negeri dan mendapatkan
beasiswa LPDP, kalau gagal ayo terus dilanjutkan jangan sampai berhenti.
Sebenarnya
masih banyak kisah-kisah lain yang ingin saya ceritakan, namun seperti yang
saya katakana di awal bahwa tinta lima pensil pun tidak akan cukup untuk
menuliskan indahnya kampung inggris. Namun kurang lebih inilah ringkasannya.
Kedepan, saya akan menceritakan bagaimana caranya untuk membangkitkan motivasi
dan semangat setelah 2 kali gagal test IELTS dan 3 kali gagal test TOEFL ITP.
Terimakasih.
Great motivation story kang, walaupun cuma sebulan (2 minggu sih karena saya kena cacar, haha) tinggal bersama di Kampung Inggris, tapi jujur saya ngeliat kang asep itu orangnya gigih, belajar malem2 padahal saya udah tidur pulas, dan... semua itu InsyaAllah terbayar sedikit demi sedikit. Jujur, saya minder ngeliat teman2 di kampung Inggris yang seperti kang Asep ini, yang benar2 bekerja keras untuk mengejar cita2, sementara saya males malesan n main game, sukses kang Asep.
BalasHapusWah alhamdulillah. Makasi banyak mas febby sudah mampir ke blog saya ini. Padahal saya mah iseng iseng aja, dan share pengalaman.
BalasHapusSebenarnya itu mah dipaksain, aslinya mah males bgt. Heheh
Makasih banyak ya
Incredible, my ex colleague! You nailed it dude. Keep inspiring others... and most importantly never stop learning!!! -to me to-
BalasHapusTon of thanks miss febby,
HapusI just share my personal experience with regard to the circumstance when i was pursuing IELTS. This short story perhaps can help people to obtain their goal in IELTS,
hehehe
So inspiring Mr. Asep. Goodluck for next step pursuing your dreams.
BalasHapusNow, i just says. This is the good stories. Much appreciate!
BalasHapusAssalaamu 'alaykum Mas Asep, kalau boleh tahu dulu di English Studionya ambil nama program apa dengan waktu berapa bulan ya? Saya ada rencana ke sana hehehe Terima kasih wassalaam
BalasHapus