Oleh
Asep Rudi Casmana
Episode 9
Jalan terjal menuju beasiswa LPDP
Seleksi
substansi merupakan komponen terpenting setelah kita dinyatakan lolos beasiswa
LPDP. Pada bagian ini, seluruh kandidat yang telah dinyatakan lolos dalam
seleksi administrasi akan dikumpulkan pada sebuah tempat untuk dilakukan
seleksi substansi. Biasanya tempat untuk seleksi ini dilaksanakan di kota-kota
besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Medan, Surabaya, Makassar dan
kota-kota yang lainnya. Saya sendiri kemarin memilih untuk seleksi di Kota
Jakarta yang tempatnya di STAN Bintaro, alasan saya memilih disini karena
lokasinya dekat dengan kampus Universitas Negeri Jakarta. Ada tiga komponen
utama yang akan diujikan pada seleksi ini, pertama adalah seleksi wawancara, on the spot writing dan LGD (leaderless group discussion).
1 calon awardee dan 3 orang pewawancara |
Pertama
adalah seleksi wawancara. Menurut saya, ini adalah komponen yang paling penting
yang benar-benar perlu dipersiapkan bagi calon penerima awardee. Langkah yang
paling utama adalah membaca kembali isi essay yang sudah pernah ditulis, jangan
sampai apa yang ditanya pada saat wawancara, tidak sesuai dengan apa yang
ditulis di essay, karena ini akan menjadi sangat fatal. Jika teman-teman
memilih untuk studi di Luar Negeri, maka seleksi wawancara ini akan
dilaksanakan dalam bahasa Inggris.
Ada
beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum mengikuti wawancara ini, karena
secara umum saya menyimpulkan bahwa pertanyaan itu terbagi menjadi tiga
kelompok besar. Yang pertama adalah pengetahuan seputar kampus. Bagi yang
memilih studi luar negeri, ayo di breakdown
university tujuannya hingga benar-benar paham. Mulai sekarang, dicari tahu
dan dihafalkan apa saja mata kuliah per term
nya dan berapa SKS, siapa saja nama dosen pengampu per mata kuliahnya,
bagaimana system penilaiannya? (kalau di Indonesia, kita menggunakan A B C D E,
bagaimana di luar negeri?), berapa uang SPP per tahunnya, apa saja tugas-tugas
per mata kuliahnya?, syarat kelulusannya minimal harus menulis berapa artikel?,
setiap pertemuan membahas apa saja?, dan yang lainnya. Selain itu juga
terkadang ada pewawancara yang menanyakan bagaimana cara membuat visa negara
tujuan, bagaimana transportasi dari Bandara ke kampus, dan sebagainya. Itu
adalah pertanyaan-pertanyaan yang sangat simple dan sebenarnya sudah tersedia
dalam website. Jika kita tidak mengetahui hal-hal sepele mengenai itu, berarti
kita belum siap untuk studi ke luar negeri. Sebagai sebuah gambaran bahwa salah
satu kawan saya yang tidak lolos adalah karena dia tidak mengetahui berapa
jumlah SPP yang harus dibayarkan ke perguruan tinggi tersebut.
Berikutnya
adalah menghubungi professor. Biasanya, pewawancara menanyakan apakah anda
sudah menghubungi professor? Ada baiknya jika kita sudah berkomunikasi dengan
professor. Tentunya hal ini tidak dapat dilakukan dalam waktu satu minggu,
karena terkadang ada professor yang menjawab sangat lama. Pengalam saya, dosen
itu membalas seminggu sekali saking sibuknya. Oleh sebab itu perlu mulai dari
sekarang menghubungi professor. Oia, menghubungi professor disini bukan kenalan
ya, namun mendiskusikan mengnai rencana thesis kita. Silahkan mulai ditanyakan
apakah thesis yang berjudul xxx dapat diteliti di negara dan kampus tujuan? Serta
kalau bisa dosen tersebut menjadi pembimbingnya. Tentu saja sebelum menghubungi
dosen, kita perlu mengetahui latar belakangnya dia dengan cara mencari artikel
atau jurnal ilmiah yang pernah dia publikasikan. Jika ternyata jurnalnya sama
dengan apa yang mau kita teliti, maka diskusi akan sangat mudah sehingga
teman-teman akan sukses dalam berkomunikasinya. Pengalaman saya, ada kurang
lebih empat sampai lima kali saya komunikasi dengan professor. Setelah itu,
jangan lupa bukti emainya di print dan dibawa pada saat wawancara. Nanti jika
ditanya oleh pewawancara, langsung berikan bukti korenspondensi ini.
Setelah
itu adalah mengenai penelitian dan kontribusi ke depan. Pada episode sebelumnya
saya menulis bahwa jangan sampai jawaban kita terkesan untuk memperkaya diri
sendiri, namun kita harus menjawab secara diplomatis dan memberikan kontribusi
untuk Indonesia. Pertanyaan pertama saya pada saat wawancara adalah “mengapa anda ingin melanjutkan studi S2 di
Luar negeri?”. Berikan jawaban bahwa karena saya ingin meberikan kontribusi
bagi Indonesia. Kemarin saya menjawab bahwa saya ingin berkontribusi di bidang
pendidikan, penelitian saya mengenai implementasi pendidikan seks di Indonesia
khususnya di SMP dan SMA, (lalu saya sebutkan data dan fakta serta permasalahan
terkait kenalakan remaja) sehingga saya ingin memberikan sebuah solusi berupa
pendidikan seks (ini adalah rencana thesis saya nanti). Jika penelitian kita
sudah mantap, maka ini akan menjadi alasan utama mengapa studi di luar negeri.
Misalnya ketika ditanya “mengapa kamu
memilih di University of Adelaide? Mengapa tidak di ANU atau Monash yang
rankingnya lebih baik?” lagi-lagi penelitian menjadi alasannya. Kita bisa
menjawab karena saya sudah menghubungi dosen yang benar benar ahli di bidang
ini, meskipun Adelaide rankingnya lebih rendah, namun saya membutuhkan
professor yang ahli. Dan professor itu adanya mengajar di University of
Adelaide. Pertanyaan berikutnya yang bisa dijawab dengan penelitian “Ngapain kamu jurusan PPKn lanjut ke luar
negeri? Di Indonesia saja ya” nah disini, alasan kuat saya adalah lokasi
penelitian. Saya katakana bahwa professor saya merekomendasikan untuk meneliti
di sekolah XXX, sehingga saya harus studi di University of Adelaide. Serta
pertanyaan-pertanyaan yang lainnya. Sehingga perlu adanya persiapan.
jangan sampai seperti ini |
Setelah
wawancara, yang akan para calon awardee hadapi adalah on the spot essay. Sekali lagi mulai tahun 2016, seleksi ini akan
dilaksanakan dalam bahasa inggris. Topik yang diberikan yaitu isu-isu yang saat
ini sedang menjadi headline dalam
media masa. Misalnya pada bulan februari 2016, sedang ada kasus teroris di
jalan MH Thamrin Jakarta, kebetulan topic itulah yang saya peroleh. Sepengalaman
saya, ketika masuk kedalam ruangan essay, nanti tim pengawas akan memberikan
satu lembar pertanyaan dan satu lembar jawaban. Pada lembar pertanyaan, akan
disediakan dua buah pilihan topic. Pada saat itu, pilihannya adalah kebijakan plastic
berbayar dan teroris. Namun karena saya merasa lebih paham menganai teroris,
sehingga langsung saya memilih topic ini. Dalam soal, terlihat bahwa sumber topic
diambil dari Koran Jakarta Post, sehingga saya sangat menyarankan kepada para
calon awardee untuk terus update Jakarta post. Hal-hal yang harus dipersiapkan
dalam topic ini adalah membaca dan menulis. Kemarin saya update dari majalah
tempo, setelah membaca, langsung saya tulis kembali dalam bahasa inggris dengan
format IELTS Writing task 2. Untuk memperkaya topic, usahakan dalam satu hari
kita bisa membaca dan menulis tiga sampai lima artikel. Sehingga harapannya
kita mendapatkan soal pada saat menulis yaitu topic yang pernah dicoba.
Seleksi
substansi yang terakhir adalah LGD (Leaderless
Group Discussion). Disini para calon awardee akan dibentuk menjadi sebuah
kelompok yang terdiri dari 10 hingga 15 orang, kebetulan kelompok saya hanya
terdiri dari sembilan orang saja. Setelah dibagi kelompok, tim psikolog akan memberikan
sebuah topic (pada waktu itu saya mendapatkan tentang Bela Negara) untuk
dibicarakan dan didiskusikan. Diskusi akan dilaksanakan selama kurang lebih 40
menit. Dalam durasi tersebut, kita diberikan waktu lima menit untuk membaca isu
yang akan didiskusikan. Setelah itu, diskusi akan dimulai dalam bahasa inggris.
Dari beberapa sumber yang saya baca, seleksi LGD ini bukan melihat kadar
intelektualitas kita, namun lebih kepada sikap dan bagaimana cara kita
menghargai pendapat orang lain. Oleh sebab itu, kita tidak perlu dominan dalam
hal ini, cukup memberikan perhatian kepada orang lain pada saat bicara serta
menghargainya. Ketika kita menyampaikan ide, ada baiknya hal yang pertama
disampaikan adalah mengucapkan sebuah bentuk apresiasi kepada beserta
sebelumnya dengan mengatakan bahwa saya setuju, kemudian dilanjutkan dengan
sedikit pemaparan serta ide yang akan kita sampaikan, terakhir jangan lupa
memberikan kalimat yang intinya memberikan kesempatan kepada orang lain yang
ingin melanjutkan menambahkan idenya. Berdasarkan pengalaman saya, kemarin saya
berbicara kalau tidak salah hanya tiga kali saja. Sekali lagi, dalam seleksi
ini lebih ditekankan kepada sikap dan bagaimana cara penyampaian kita pada saat
berdiskusi.
Untuk
urutan seleksi substansi ini tidak selalu berurutan mulai dari wawancara, Essay
dan LGD, namun hal itu sudah ditentukan dan diatur oleh panitia.
Cukup
sekian pemaparan mengenai seleksi substansi LPDP, saya berharap bahwa
teman-teman dapat mempersiapkan segalanya dengan maksimal sebelum mengikuti
seleksi substansi LPDP. Jika ada hal-hal yang kurang jelas, atau ada yang
mauditanyakan, boleh kirim pesan melalui e-mail.
Terimakasih.
Thank you Aseeepp.... ��
BalasHapusThanks for your sharing,.
Hope, it helps others more ��
thank mr.Asep Sedunia
BalasHapusTerima kasih sharingnya mr asep sangat bermanfaat👍🏼
BalasHapusBermanfaat tulisannya, terimakasih ya :) Sekalian mau tanya, kalau merumuskan thesis dan mengontak profesor sebelum keberangkatan, itu berlaku untuk semua program atau hanya untuk yang mengambil program research saja? Saya berencana ngambil program taught master apa harus bikin rencana spt itu juga? Makasih sebelumnyaa :D
BalasHapus