Oleh Asep Rudi
Casmana, S.Pd.
Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Menjadi
salah satu keluarga penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) merupakan
sebuah tanggung jawab yang besar bagi diri saya pribadi. Pasalnya saya
diberikan dana yang nilainya cukup besar dan jika ditanggung oleh biaya
sendiri, saya tidak akan mampu untuk mengumpulkan dana sebanyak itu. Tentunya
hal itu telah membuat diri saya pribadi untuk dapat bersyukur dan membuat sebuah
pemikiran yang dapat direalisasikan setelah setelah seleasai masa studi
masternya.
Sebagai
seorang pendidik, saya memilih negara Australia khususnya di Monash University
untuk melanjutkan studi master degere. Di kampus para pendidik ini, saya
mengambil jurusan Master of Education in Educational
Leadership and Policy. Hal ini saya lakukan bukan semata-mata saya sebagai
seorang guru, namun saya ingin memberikan sebuah kontribusi yang nyata bagi
Indonesia khususnya di bidang pendidikan, setelah menyelesaikan masa belajar.
Sebagai
seseorang yang menerima beasiswa, tentunya ada sebuah tanggung jawab moral bagi
saya supaya dapat memberikan sebuah timbal balik untuk bangsa Indonesia ke
depan. Hal itu saya sampaikan kepada para pewawancara pada saat seleksi di Jakarta.
Jadi
saya ingin membuat sedikit warna baru di bidang pendidikan, yaitu membuat
konsep pembelajaran pendidikan Seks bagi para peserta didik mulai dari tingkat
dasar hingga tingkat menengah. Hal ini dilatar belakangi oleh beberapa kasus
yang menggambarkan bahwa saat ini Indonesia sedang mengalami degradaai moral,
khususnya para remaja yang akan menjadi para penerus generasi masa depan bangsa
Indonesia. Bisa kita lihat wajah bangsa Indonesia saat ini melalui penelitian
yang dilakukan oleh BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional)
pada tahun 2008 yang menyebutkan bahwa 51 % remaja yang tinggal di Jakarta,
Bogor, Tanggerang dan Bekasi sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum
menikah. Kemudian hal ini didukung oleh hasil survey PKBI (perkumpulan keluarga
berencana Indonesia) pada tahun 2006 yang menyebutkan bahwa usia pertama kali
para remaja melakukan hubungan seksual adalah 13 hingga 18 tahun.
Jika
mengarah kepada survey diatas, sungguh sangat mengenaskan keadaan degradasi
moral bangsa Indonesia ini. Belum lagi akhir-akhir ini marak beberapa
pemberitaan mengenai pencabulan terhadap anak-anak, penyebaran hubungan sesama
jenis yang benar-benar memberikan efek negatif terhadap kesehatan tubuh. Oleh
sebab itu, hal ini tidak dapat dibiarkan karena mereka adalah generasi-generasi
para penerus bangsa Indonesia yang akan menjadi pengemudi bangsa Indonesia
kearah mana akan dibawa.
Sebuah
solusi jangka panjang yang saya tawarkan adalah melalui implementasi pendidikan
seks di tingkat dasar hingga menengah. Subjek pelajaran pendidikan seks
ini belum pernah diterapkan di Indonesia
dan bahkan sangat tabu untuk dibicarakan. Hal ini bukanlah menjadi sebuah
masalah bagi saya, karena dengan perkembangan zaman dan globalisasi yang saat
ini sedang melanda bangsa Indonesia, pendidikan seks merupakan sebuah kebutuhan
yang secara ilmiah perlu diketahi oleh para peserta didik yang sedang duduk di
institusi pendidikan formal.
Selanjutnya
saya memilih di Australia karena negara ini sudah secara formal menerapkan
pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga menengah. Menurut Tom Batty, kepala
sekolah di Scotch College Melbourne, mengatakan bahwa pendidikan seks di
Australia sudah terintegrasi melalui pendidikan agama Kristen dan pendidikan
jasmani dan kesehatan. Mereka memfokuskan kepada kedua pelajaran itu yang
mengampu kegiatan belajar-mengajar mengenai pendidikan seks. Hal ini sudah
sepenuhnya didukung oleh pemerintah setempat melalui peraturan yang tertuang
dalam Victorian Essential Learning
Standard (VELC) yang telah membuat subjek pendidikan seks menjadi sebuah
pelajaran yang wajib.
Atas
dasar hal itulah, saya memutuskan untuk melanjutkan untuk melanjutkan studi di
Australia. Sambil saya belajar di Monash University, saya dapat mengunjungi
beberapa sekolah untuk dapat mengamati secara langsung bagaimana proses belajar
mengajar yang ada di sekolah tersebut. Saya juga dapat berinteraksi dengan para
guru pelajaran yang mengampu pendidikan seks. Alasan lainnya adalah kampus
Monash University berlokasi di Melbourne, dimana hal ini lebih dekat ke
sekolah-sekolah menengah yang sudah sukses dalam implementasi pendidikan seks.
Harapannya
setelah saya pulang dan kembali ke Indonesia, saya memiliki sebuah oleh-oleh
yang dapat memberikan kontribusi khususnya di bidang pendidikan Indonesia.
Kemudian, secara perlahan permasalahan degradasi moral yang terjadi pada
generasi pelajar Indonesia saat ini dapat diatasi secara perlahan.
superrrr sekali tulisannya.....degradasi moral terutama remaja sekarang cukup memperihatinkan dan perlu solusi untuk meminimalisir. namun yang perlu diingat, terdapat perbedaan antara Australia dan Indonesia.budaya, seperti SDM dan lainnya. perbedaan tersebut yang belum tentu kebijakan yg diterapkan Australia bisa diterapkan di Indonesia. tapi tak ada salahnya mencoba dan mengkaji. apakah benar dengan pendidikan seks akan meminimalisir degradasi moral remaja atau malah semakin parah. perlu kajian dan metode yang mendalam... semoga Indonesia semakin baik dan semakin jaya...hehehe
BalasHapusHarusnya di Masukan kedalam kurikulum nasional, agar Sex stigma dlm masyarkat kita tidak buruk. Dan tentu mempertimbangkan budaya ketimuran.
BalasHapus