Oleh Asep Rudi Casmana
Panorama Inggris
Episode 2
“What kind of this food?”
sambil duduk di meja makan yang besar dan memegang buah pete, lalu tiba
tiba dia mengunyahnya hingga habis.
“This food called pete,
but I don’t know what it is in English” dengan semangat dan sumringah aku
berusaha menjelaskan buah pete dan pertumbuhan penyebarannya di Indonesia.
”Alright, this seems
good, I like it” dengan mukanya yang senyum sambil menikmati pete yang baru
saja dia makan.
“However, If you
consume this food too much, your breath will be so smell when you talk to
someone” sambil ketawa aku menyampaikan hal ini kepada abrar (bukan nama
asli) orang Yunani ini.
Suasana kehangatan makan malam kami
menjadi lebih nikmat ketika aku berbagi makanan ternikmat di Indonesia ini
kepada temanku orang Yunani. Aku tinggal di sebuah rumah sederhana di Kota
York, rumahku ini bisa dikatakan kos kosan kalau di Indonesia, namun isinya
sangat beragam. Didalam rumah ini kawan kost ku ada mahasiswa Yunani, Iran dan
yang lainnya. Aku sengaja memilih tempat kost yang suasananya internasional,
bukan berarti aku tidak mau kenal sama orang Indonesia di York, tapi aku ingin
belajar cara pergaulan internasional dan memperkenalkan budaya-budaya Indonesia
melalui cara-cara sederhana ini.
Aku sudah bulatkan tekad bahwa selain
belajar dan menuntut ilmu di York, aku akan menjadi seorang duta Indonesia dan
islam. Aku sadar bahwa disini orang mulim dan Indonesia menjadi sangat
minoritas, jumlah orang Indonesia di York sangat sedikit, tidak lebih dari 40
orang yang tersebar disetiap pelosok kota York. Meskipun sedikit dan minoritas,
aku sangat senang sekali bisa berkenalan dengan banyak orang Eropa disini. Dan itu
adalah misi aku di Inggris, menjadi duta Indonesia dan islam. Aku berusaha
menunjukan nilai-nilai ke Indonesiaan dan keislaman, tidak hanya dalam
berperilaku, tetapi juga dalam hal makanan.
Sehari sebelum keberangkatan ke
Inggris, aku seempatkan untuk membeli dua makanan ternikmat di Indonesia yaitu
pete dan jengkol serta beberapa bumbu asli Indonesia sebagai senjata selama
beberapa hari di Inggris. Aku sudah bertekad dari awal bahwa aku ingin
memperkenalkan budaya-budaya Indonesia yang salah satunya adalah makan pete dan
Jengkol. Bagiku, kedua makanan itu sangat nikmat, yang penting cukup ada pete,
jengkol dan sambel terasi, makan apapun akan terasa sangat nikmat. Namun
sayangnya bagasi Garuda hanya membatasi maksimal 30 KG, sehingga aku tidak
dapat membawa makanan banyak di bagasinya, beruntung pete dapat aku bawa ke
Inggris.
Bumbu dapur khas Indonesia dan pete Subang |
Ketika anak-anak muda mulai
meninggalkan pete dan jengkol atau bahkan gengsi dengan kedua makanan itu, aku
bahkan merasa bangga bahwa kedua makanan itu disukai orang Eropa yang salah
satunya adalah temanku dari Yunani ini. Mungkin jika kita ekspansi pete dan
jengkol ke Eropa, ini akan menjadi sebuah bisnis yang sangat besar, karena
setau saya pohon ini banyak tumbuh di Indonesia.
Aku juga teringat pesan dari bapak
Lukmanul Hakim, seorang kepala divisi keuangan dan akuntansi LPDP pada saat
acara persiapan keberangkatan. Ia mengatakan bahwa kalian (penerima beasiswa
lpdp) adalah seorang duta Indonesia, perkenalkan Indonesia sebanyak-banyaknya
kepada mahasiswa Internasional. Buat mereka tertarik untuk mempelajari
Indonesia. Sehingga itu membuat aku menjadi tambah bersemangat untuk menjadi
duta muda Indonesia.
Berbicara mengenai makanan, memang
untuk sekolah di Inggris ini kemampuan untuk memasak sangat diuji. Bagi
siapapun yang memiliki rencana untuk kuliah di Inggris, baik laki-laki maupun
perempuan wajib bisa memasak. Keadaan di sini sangat jauh berbeda dengan
Indonesia yang ketika keluar rumah kanan-kiri langsung ada warteg atau burjo.
Disini, tempat makannya adalah restaurant yang sangat mahal dan lokasinya jauh
di city center. Apabila kita tidak dapat memasak, maka hal itu akan membuat
hidup terasa berat dan kesulitan untu makan. Beruntung aku dapat memasak mulai
dari makanan yang biasa hingga makanan yang ternikmat (versi diri sendiri),
sehingga aku tinggal datang ke Aldi supermarket untuk belanja makanan keperluan
dasar, dan tinggal memasaknya di dapur. Aku sangat senang karena rumah ini
memiliki dapur dengan fasilitas yang sangat modern, seperti kompor listrik,
penyedot asap, kulkas, microwave, mesin cuci, mesin pengering pakaian dan yang
lainnya, ini adalah rumah yang firnished.
Dengan mimiliki sedikit banyak
memapuan memasak, apapun menjadi nikmat, dan kita dapat mempromosikan makanan
Indonesia ke kancah Internasional. Harapannya setelah mereka makan masakan
kita, mereka akan tertarik dan berkunjung ke negara terbesar di Asia tenggara
ni.
Aku juga bersyukur bisa berada di
lokasi yang sedikit populasi Indonesia dan muslimnya, sehingga disini aku
benar-benar merasakan hidup menjadi kaum minoritas. Banyak hal yang dapat kupelajari dari
kehidupan minoritas ini, meskipun baru beberapa hari tinggal disni. Namun aku
sangat senang karena mereka tidak pernah membeda-bedakan orang dari mana
asalnya dan agamanya, apalagi mengatakan seseorang bahwa ia adalah kafir.
Mereka benar-benar menjungjung tinggi nilai kemanusiaan, dan menghargai
persamaan. Ada yang sangat hitam, sawo matang, sangat putih, semuanya ada di
kosan aku yang sekarang ini. Aku merasa hidup menjadi lebih berarti ketika
dapat bersanding dan bergaul dalam suasana internasional tanpa melihat darimana
kita asalnya.
Suasana dinner kami menjadi lebih
hangat, meskipun cuaca diluar rumah mencapai 16 drajat. Bagi aku ukuran cuaca
segitu sudah sangat dingin. Namun karena keceriaan dan keberaganagn dan
kehangatak didalam rumah, semuanya terasa sangat nyaman dan hangat. Aku benar-benar
merasakan kehidupan dan keluarga baru dengan bertemunya orang Iran dan Yunani
ini. Ini sesuai dengan pernyataan Imam Syafi’I yang mengatakan bahwa salah satu
hikmah merantau, kita akan dipertemukan dengan kawan dan keluarga yang baru,
dan aku benar-benar merasakan hal itu. Jangan takut untuk pergi keluar rumah,
jangan takut untuk pergi merantau, jangan takut jauh dari keluarga. Karena aku
telah membuktikan untuk belajar yang sangat jauh ke negeri Inggris yang
perbedaan waktunya lebih dari 6 jam dengan Indonesia. So far, aku merasa sangat
enjoy dan nyaman dengan kehidupan internasional ini.
Semoga yang membaca tulisanku ini
dapat merasakan apa yang aku rasakan saat ini. Amin.
Ini meja makan tempat kami berkumpul makan malam satu kosan |
Ini kompor listrik dan mesin penyedot asap |
Pete yang sangat nikmat |
Link:
Episode 1 Sepucuk Surat dari Manchester
Episode 2 Ketika pete Indonesia dimakan orang Yunani
Masak?? Musti bawa istri kykx nih, hhhaaa...:D
BalasHapushahaha, itu lebih baik bro, isteri yang masakin semuanya. tapi kalau kaya aku belum ada isteri gimane? hahaha
HapusSangat mengispirasi sep ��
BalasHapusthank you udah visiting my blog dito, hehe
Hapus