Oleh Asep Rudi Casmana
Panorama Inggris
Episode 3
”Dear
Asep, I will pick you up at about 07.30 for going to the mosque. We will pray
together, therefore you should be ready in front of the house” sebuah pesan
yang sangat membuat saya kaget tiba-tiba masuk ke inbox ini.
Ditengah-tengah kebingungan mengenai
dimana lokasi masjid untuk melaksanakan ibadah sholat idul Adha, aku merasa
sangat senang karena mendapatkan pesan dari seseorang bahwa ia akan menjemputku
untuk sholat berjamaah di masjid pusat kota. Dan ternyata pesan itu datang dari
yang punya kost ku di Inggris. Aku merasa sangat beruntung karena memiliki
landlord seorang muslim dan ia sangat baik. Di Inggris, khususnya di kota York,
pelaksanaan Ibadah sholat Idul adha dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB (di
Indonesia ini sekitar pukul 14.00). Meskipun sholat sendiri dan jauh dari
keluarga dan baru satu hari mengenai landlord, kami sudah merasa ada ikatan
khusus selayaknya keluarga. Aku sungguh sangat beruntung.
Sebenarnya ini bukan kali pertamanya
aku melaksanakan ibadah sholat Idul adha tidak bersama keluarga, tahun lalu aku
melaksanakan sholat ini di Pare, karena alasan belajar bahasa Inggris, beberapa
tahun kebelakang juga aku lebih sering melaksanakan sholat Idul Adha di
Jakarta. Hal ini bukan berarti aku tidak mau berkumpul bareng bersama keluarga,
namun aku ingin mencari suasana dan pembelajaran yang baru dimana aku tinggal
sekarang. Seperti yang diungkapkan oleh Imam Syafe’I mengenai merantau, ia
bilang bahwa dengan merantau, kita akan mendapatkan pengganti keluarga dan
kerabat yang ditingalkan ditempat perantauan. Dan ternyata itu benar, aku sudah
membuktikannya. Disini, meskipun sangat jauh, yang jaraknya kira-kira 13.000
mil, aku merasa menemukan sebuah kehidupan baru dan kehangatan ibadah sholat
Idul adha.
“hei
Asep, come on, just come in my car” Dengan bahasa inggris dialek
pakistannya dia memangilku.
“Oh
ya, thank you. I’ll be there” dengan senyum aku membalasnya.
Akupun langsung berjalan menuju
mobilnya. Ternyata dia berangkat bersama anak laki-lakinya yang sekarang sedang
duduk di bangku SMP. Dia izin untuk tidak masuk sekolah pada hari ini dengan alasan
untuk melaksanakan ibadah sholat Idul Adha. Di Inggris memang pelaksanaan ibadah
hari raya Idul Adha tidak masuk kedalam agenda libur nasional, sehingga semua
aktivitas pada hari itu tetap berjalan. Kalaupun mau izin itu harus dari
jauh-jauh hari. Beruntungnya anak laki-laki dari dari landlord-ku dapat izin
tdak masuk sehingga dia dapat melaksanakan ibadah sholat Idul Adha. Mobil itu
lalu membawa kami menuju masjid pusat kota di York. Ternyata, pusat kota ini
hanya dapat ditempuh tidak lebih dari sepuluh menit, sehingga hal itu sangat
dekat dengan rumah tempat tinggalku.
Aku sengaja untuk berangkat ke York
lebih awal. Salah satu tujuannya adalah ingin merasakan kehangatakn sholat Idul
Adha di negeri sebrang. Dan ternyata, disana aku menemukan suatu kehangatan.
Indahnya hidup minoritas itu adalah ketika kita bertemu sesama saudara muslim
dari berbagai negara. Ketika aku masuk ke area masjid, orang-orang yang bersal
dari timur tengah langsung berburu untuk salam-salaman dambil mengatakan “Hi, nice to meet you”. Dan berkali-kali
pula aku mengatakan “Hi, yeah, nice to meet
you too, I am Asep from Indonesia”.
Ada beberapa hal yang membuat aku
sangat heran hingga mengerutkan jidat ketika aku melaksanakan Inadah sholat
Idul Adha disini. Pertama, ketika melaksanakan sholat, aku menjadi merasa kaum
minoritas karena duduk tahiat akhirku berbeda dengan kebanyakan orang. Layaknya
orang muslim Indonesia yang duduk tahiat akhir, mayoritas muslim di Inggris
duduk tahiat akhir itu sama seperti duduk tahiat awal. Namun meskipun demikian,
mereka tidak pernah mempermasalahkan perbedaan tersebut. Justru hal itu dapat
menimbulkan sikap toleransi dan pengertian satu sama lain. Meskipun dalam hal
pelaksanaan sholat kami berbeda pada salah satu gerakannya, hal itu tidak
mengurangi esesni ibadah dan kehangatan iktan batin keluarga muslim. Di Inggris.
Sejauh ini, aku merasa sangat senang ketika melaksanakan Ibadah disana.
Yang kedua, ada perbedaan budaya ketika
bersalam-salaman setelah melaksanakan Ibadah sholat Idul Adha. Biasanya, di
daerah subang, Jawa Barat, kami langsung berdiri sesuai dengan barisannya
masing masing. Lalu orang yang berdiri paling depan pojok sebelah kiri langsung
berjalan ke kanan untu bersalam-salaman. Hal ini berlanjut untuk terus mengular
hingga akhir. Sehingga semuanya akan kebagian bersalam-salaman. Kalaupun
setelah salam-salaman mau cium pipi kanan dan kiri (cipika cipiki), itu cukup
satu kali saja dan sangat jarang. Namun di Inggris, setelah semuanya selesai,
orang-orang langsung berdiri dan bersalam-salaman dengan siapa saja yang ada
didekatnya. Namun perbedaanya adalah semua orang disini (khususnya laki-laki)
selalu cipika-cipili tiga kali. Pertama biasanya kami bersalaman dulu, kemudian
pipi kanan bertemu, pipi kiri bertemu, lalu pipi kanan ketemu lagi dan terakhir
dilanjutkan dengan bersalaman lagi. Sehingga cipika-cipikinya tiga kali dan dua
kali berjabat tangan. Hal itu terus menerus aku lakukan sambil mengatakan “Hallo, I Asep from Indonesia”. Hal itu
menjadi sangat Indah karena aku mendapatkan pengalaman dan budaya yang baru
mengenai indahnya keberagaman meskipun kami berbeda-beda. Para jamaah pun
berasal dari negara yang berbeda-beda, terlihat dari warna kulitnya, mulai dari
yang paling hitam hingga yang paling putih. Akupun berkenalan dengan jamaah
dari Malaysia, Bangladesh, Pakistan, India, China dan yang lainnya.
Setelah selesai melaksanakan Ibadah
sholat Idul Adha, saya langsung bertemu dengan PPI (Perhimpunan Pelajar
Indonesia) Kota York. Orang Indonesia yang tinggal di York ini sangat sedikit,
kami menjadi kaum yang sangat minoritas disini, karena memang York tidak begitu
terkenal, namun sebenarnya di Inggris kota ini sangat terkenal dengan kota
pariwisata. Aku sangat senang dapat bertemu dengan orang-orang hebat Indonesia
di York, suasana kehangatan menjadi lebih terasa disini.
Berdasarkan hal itu, aku bersaumsi
bahwa tinggal jauh dari orang tua meskipun hari raya tidak menjadi masalah. Hal
itu malah menjadikan berkah, karena kita mendapatkan kawan baru dan keluarga
baru dimanapun kita tingal. Ayo jangan takut merantau, jangan takut untuk
keluar rumah, jangan takut untuk meninggalkan keluarga karena hal itu akan
terbayarkan, sesuai dengan apa yang Imam Syafei katakana diatas.
Sedang menunggu Lanlord di depan rumah sebelum berangkat ibadah sholat Idul Fitri |
Rumah tempat tinggal |
menunggu landlord |
suasana setelah shalat Idul Adha |
Selfie dalam mesjid |
suasana kehangatan di dalam mesjid |
Keluarga PPI York |
Foto di depan mesjid York |
Link:
Episode 1 Sepucuk Surat dari Manchester
Baca tulisan kaka bikin saya termotivasi 💪
BalasHapusBaca tulisan kaka bikin saya termotivasi 💪
BalasHapusTerimakasih sudah mampir ke website saya anna. Sukses untuk kamu juga yaa :)
HapusNice share mas, eh... kang Asep (atau A' Asep?) :)
BalasHapusSelamat datang di York. Semoga betah...
Eh ada Mba Nina, wah makasi banyak udah mampir mba. Hehehe
HapusApa saja boleh, :D
Lagi belajar nulis ini mba. Hehe