Oleh
Asep Rudi Casmana
Panorama Inggris
Episode 5
Pagi
ini langit terlihat sangat mendung, dan perlahan air pun turun dari langit
hingga membasahi kota York. Sebuah kebiasaan yang selalu aku lakukan adalah
melihat perkiraan cuaca melalui telephon genggam. Cuara menunjukan tingkat kedinginanya
adalah 5 drajat celcius. Ah, sudah biasa, akhir akhir ini sedang terjadi
pergantian musim dari summer menuju Autumn. Sehingga cuacanya semakin
mendingin, orang bilangnya bahwa titik terdinginnya antara bulan desember dan
januari. Namun bagiku ini sudah cukup sangat dingin, karena ini sangat berbeda
jauh dengan kehidupan cuacaku baik di Jakarta, Kediri maupun subang yang selalu
menyentuh angka 30 derajat.
Seperti
biasa, sarung tangan sudah siap, kain scraft sudah melilit di leher dan jaket
tebal sudah terpakai. Tak lupa juga didalamnya ada dua lapis kaos sudah siap
kupakai. Karena aku ada kuliah pagi, sehingga aku langsung mengendarai sepeda
kerenku menuju kampus. Di Inggris, kelas terpagi biasanya dimulai pada pukul
09.00 dan berakhir pada pukul 18.00 sore hari.
Sistem
perkuliahan di Inggris memang sungguh sangat berbeda dengan di Indonesia. Aku
masih dalam proses adaptasi menuju budaya akademik yang sangat khas ini. Pada
awalnya, aku agak kelabakan dan kesulitan mengikuti ritme gaya belajar yang
sudah disusun oleh dosen-dosen di Inggris, namun perlahan aku dapat
mengikutinya dengan baik.
Secara
umum, kuliah master degree di Inggris dilaksanakan selama satu tahun atau tepat
dua belas bulan. Namun ada juga beberapa jurusan yang memang mengharuskan dua
tahun untuk kuliah. Kalau ditempatku, jurusan yang aku ambil adalah MA in Global and International Citizenship Education
dilaksanakan selama dua belas bulan. Di Indonesia, istilah yang kita biasa
dengar adalah semester dan satu tahun dibagi menjadi dua akademik semester. Sedangkan
di Inggris, istilahnya adalah “Term”
dan satu tahun terbagi menjadi 3 term.
Biasanya dimulai pada bulan September hingga desember itu namanya Autumn Term, kemudian berikutnya Januari
hingga April dinamakan Spring Term,
dan terakhir Mei hingga Agustus dinamakan Summer
term.
Jumlah
kredit kuliah yang diambil untuk memperoleh gelar master degree di Inggris
yaitu sebanyak 180 SKS, yang mana setiap mata kuliah atau disini istilahnya
modul adalah 20 SKS. Pada Autumn term ini saya hanya mendapatkan tiga modul
atau mata kuliah yang terdiri dua modul wajib dan satu modul pilihan. Karena
saya mahasiswa internasional, ada tambahan kelas bahasa inggris 2 kali dalam
seminggu. Sehingga total saya memiliki lima kali pertemuan. Selain itu, adalagi
namanya seminar. Seminar disini bukan seminar seperti di Indonesia yang diikuti
banyak peserta, namun seminar disini adalah kewajiban setiap minggu yang
diikuti oleh kelompok kecil. Satu orang dosen maksimal Sembilan orang mahasiswa
untuk seminar, sehingga diskusinya menjadi lebih nyaman.
Apa
saja yang dilakukan di kelas? Dan apa yang membuat mahasiswa di Inggris sangat
sibuk?
Jadi
begini, di Inggris ini, sebelum masuk perkuliahan, dosen memberikan judul buku
atau jurnal internasional yang WAJIB dibaca. Sebelum masuk kuliah, seluruh
mahasiswa sangat sangat sangat diwajibkan membaca dulu buku-buku yang diberikan
oleh dosen. Biasanya sekitar 3 sampai 10 buku yang wajib dibaca sebelum kuliah
per mata kuliah. Selain buku, untuk persiapan seminar, biasanya kita bedah
jurnal internasional, dimana kita benar-benar wajib membaca jurnal
internasional.
Apa
akibatnya kalau kita tidak membaca buku atau jurnal?
Akibatnya
argumentasi kita di kelas sangat lemah dan kita tidak dapat mengikuti
perkuliahan. Sebagai mahasiswa internasional, aku sangat menyadari bahwa
kemampuan bahasa inggris sangat lemah, kadang logat Yorkshire disini sangat
sulit untuk dipahami. Oleh sebab itu, membaca buku yang diwajibkan oleh dosen
sebelum masuk kuliah itu sangat membantu aku dalam menyerap materi pelajaran di
kelas.
Hal
yang paling membuat aku senang adalah seminar. Seminar ini hanya diikuti oleh 9
orang mahasiswa saja dan satu orang dosen yang sangat expert. Seminggu sebelum
dilaksanakan seminar, dosen memberikan judul jurnal yang harus dicari dan
dikaji dulu. Setelah itu, ditelaah bareng-bareng mulai dari metode, hingga
kongklusinya. Disini, critical thinking
mahasiswa benar-benar diuji. Kalau tidak membaca, maka tidak dapat mengikuti
seminar apa yang sedang dibicarakan oleh teman-teman di kelas.
Selain
itu, setiap mahasiswa memiliki akses menuju website namanya Yorkshire Virtual
Learning Environment (VLE). Itu adalah sumber informasi yang di update oleh
dosen. Judul buku apa saja yang harus dibaca, jurnal apa saja yang harus di
download, dan semua info perkuliahan ada disana. Mungkin ungkapan yang tepat
untuk mahasiswa inggris adalah “Tiada
hari tanpa membaca Jurnal”
Selain
itu, aku sangat suka dengan system perkuliahan di Inggris karena setiap
aktivitas di kelas di rekam. Seluruh pembicaraan dosen selama dua jam itu
direkam dan rekamannya langsung di upload ke website Yorkshire VLE. Sehingga
itu sangat membantu aku ketika ada hal-hal yang tidak kumengerti karena kendala
bahasa. Karena semuanya sudah tersedia dan difasilitasi oleh para dosen. Mereka
sudah sangat paham dengan kondisi mahasiswa Internasional.
Hal
lain yang menjadi tantangan mahasiswa di Inggris adalah Writing. Setiap mingu,
aku diwajibkan untuk menulis sebanyak 300-400 kata mengenai topic-topik hangat
yang sudah ditentukan oleh dosen. Namun tentu saja aku tidak dapat menulis
tanpa membaca referensi atau buku terlebih dahulu, karena hal itu akan menjadi
sangat berbahaya. Biasanya, selain menuliskan topik esay mingguan, dosen juga
menyediakan judul jurnal dan link kasus berita yang sesuai dengan topic yang
harus ditulis. Sehingga membaca dan menulis adalah keharusan mahasiswa di
Inggris.
Mengenai
ujian akhir term nya, ada dua tipe ujian. Pertama adalah ujian akhir tutup buku
atau close-book examination. Dan yang kedua adalah menulis sebanyak 4000-5000
kata. Dua modul yang aku ambil ujiannya adalah menulis sebanyak 5000 kata dan
satu modul adalah ujian biasa. Ini merupakan tantangan para mahasiswa inggris.
Juga yang membuat inggris sangat menjungjung tinggi integritas antara mahasiswa
dan dosen untuk menghindari kolusi adalah, di setiap lembar ujian tidak ada
nama mahasiswa. Sehingga setiap tulisan yang kita kirim hanya berisi nomor
ujian dan nomor peserta kita saja. Tanpa ada namanya. Sehingga dosen menilai
kapasitas mahasiswa sesuai dengan pekerjaan dari apa yang sudah mereka tulis.
Mungkin
cukup sekian dulu sepintas mengenai perkuliahan di Inggris, kedepan aku akan
share mengenai kehidupan mahasiswa lebih detailnya lagi. Apa saja yang
dilakukan mahasiswa pada saat jeda perkuliahan dan yang lainnya. Semoga dapat
bermanfaat dan memberikan gambaran buat mereka yang mau kuliah di Inggris.
Link:
Episode 1 Sepucuk Surat dari Manchester
Episode 2 Ketika pete Indonesia dimakan orang Yunani
Kereen... Kebayang banget betapa sibuknya dsono. .. Doain dong bang biar bsa nyusul :D ..aamiin...
BalasHapusNewsworthy kaa! I'm looking forward to the other story��
BalasHapus